Berita Kesehatan
Waspada Lonjakan ISPA Pasca Haji dan Musim Liburan, ini Penjelasan Dokter Spesialis Paru RS Premier
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) disinyalir menjadi salah satu keluhan kesehatan yang marak terjadi pada periode Kuratal II dan Kuartal III
Selanjutnya, dr. Prayudi juga menyoroti kondisi eksternal seperti polusi udara dan kebiasaan merokok sebagai faktor yang memperburuk risiko ISPA. Ia menjelaskan bahwa partikel iritan yang terhirup dapat mengiritasi saluran napas dan membuat kuman lebih mudah berkembang.
“Sebagai gambaran, apabila polusi terhirup dan masuk ke tenggorokan, bisa mengakibatkan iritasi atau radang. Proses peradangan ini memudahkan virus atau kuman lebih mudah hinggap di saluran pernafasan. Merokok, termasuk vape, juga mempercepat kerusakan pada saluran pernapasan,” tutur dr. Prayudi
Ia menambahkan, lansia, balita, dan penderita penyakit bawaan seperti asma atau diabetes merupakan kelompok yang paling rentan mengalami gejala berat. Dalam kasus tertentu, infeksi bisa berkembang menjadi pneumonia.
“Kalau daya tahan tubuhnya nggak bagus, ISPA bisa jadi berat. Kumannya bisa bersarang di paru-paru dan menyebabkan infeksi paru, atau yang kita kenal dengan istilah pneumonia,” jelas dr. Prayudi.
Aktivitas dalam kerumunan menjadi faktor penularan paling dominan. Ia memberi contoh pada pelaksanaan ibadah haji, di mana jemaah yang mayoritas lansia berkumpul dalam kondisi fisik lelah dan minim jarak antarindividu.
“Bayangkan berdesak-desakan, di tengah cuaca panas, bertemu banyak orang dari berbagai negara. Kalau ada yang batuk atau pilek, risiko penularannya jelas tinggi,” ujarnya.
Pencegahan Penyakit ISPA
Berbicara mengenai upaya, dr. Prayudi menekankan pentingnya menjaga asupan gizi, istirahat cukup, dan penggunaan masker bagi yang sedang mengalami gejala.
Menurutnya, tidak ada pantangan makanan khusus, namun tubuh harus diberi nutrisi cukup untuk
melawan infeksi.
“Kalau kena ISPA, tubuh justru butuh gizi yang bagus. Kalorinya cukup, nutrisinya cukup. Masker juga penting, terutama bagi yang sedang sakit agar tidak menulari orang lain,” tambahnya.
Hal yang perlu digarisbawahi tentang pencegahan ISPA adalah kesadaran pengidap penyakit untuk menjaga protokol kesehatan seperti penggunaan masker agar tidak mempercepat penularan ISPA.
Terlebih untuk kalangan rentan seperti balita ataupun lansia seperti yang sudah dijelaskan. Sebagian besar kasus ISPA dapat sembuh dengan sendirinya. Karena sejatinya, manusia diberi anugerah sistem imun yang bagus.
Akan tetapi, pada kasus tertentu seperti kelompok resiko tinggi di atas, apabila terdapat gejala yang semakin buruk, maka dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan lebih lanjut.
“Kalau batuk lebih dari dua minggu kondisinya tidak membaik, itu bukan batuk biasa. sebaiknya harus digali lebih dalam penyebabnya. Maka diperlukan pemeriksaan lanjutan seperti rontgen dada, pemeriksaan darah, termasuk PCR test, terutama untuk kasus yang berat. Semakin cepat ditangani, semakin baik,” tegas dr. Prayudi.
Ia menambahkan, PCR Test akan membantu proses diagnosis mencari mikroorganisme patogen penyebab infeksi secara lebih akurat, sehingga dapat diambil langkah penanganan tepat yang diperlukan.
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA)
Ibadah Haji
Prayudi Tetanto
RS Premier
RS Premier Surabaya
Surabaya
TribunJatim.com
Sering Dikira Serangan Jantung Padahal Regurgitasi, Cek 4 Fakta Penyakit GERD yang Perlu Diketahui |
![]() |
---|
Cegah Osteoporosis Lewat 10.000 Langkah Menuju Tulang Kuat, Ribuan Orang Jalan Kaki di Surabaya |
![]() |
---|
Revolusi Layanan Kesehatan dengan AI: Seberapa Aman? |
![]() |
---|
Melindungi Privasi di Era Digital: Mengatasi Kebocoran Data Rekam Medis Pasien COVID-19 |
![]() |
---|
Gangguan Otak Penyebab Stroke Berhasil Diatasi, Begini Penjelasannya! |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.