Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Berita Jatim

5 Fakta Menarik Kota Batu, Wilayahnya Bakal Bertambah dan Mengambil Sebagian Kabupaten Pasuruan

Pemerintah Kota Batu dan pemerintah Kabupaten Pasuruan telah melakukan penandatanganan kesepakatan penarikan garis batas daerah.

Wikipedia
FAKTA KOTA BATU - Potret (arsip) Balai Among Tani Kota Batu. Simak beberapa fakta menarik tentang Kota Batu yang bisa Anda simak. 

TRIBUNJATIM.COM - Berikut ini beberapa fakta Kota Batu, Kota Apel yang pernah berjuluk Swiss Kecil di Pulau Jawa.

Kota Batu di Provinsi Jawa Timur pada awalnya berdiri sebagai kota administratif.

Wilayah Kota Batu akan bertambah di mana bakal 'memakn' sebagian Kabupaten Pasuruan.

Hal ini dipicu karena adanya pemekaran desa.

Simak informasi selengkapnya di artikel ini.

Baca juga: Pasca Ambrolnya Pagar Tembok Pasar Besar, Komisi B DPRD Kota Malang Lakukan Sidak

Wilayah Kota Batu Bakal Bertambah, 'Memakan' Sebagian Kabupaten Pasuruan

SEPAKAT - Wali Kota Batu Nurochman dan Bupati Pasuruan Rusdi Sutejo saat melakukan penandatanganan kesepakatan penarikan garis batas daerah di Rumah Dinas Kepala Bakorwil III Provinsi Jawa Timur, Kota Malang, Senin (30/6/2025) kemarin
SEPAKAT - Wali Kota Batu Nurochman dan Bupati Pasuruan Rusdi Sutejo saat melakukan penandatanganan kesepakatan penarikan garis batas daerah di Rumah Dinas Kepala Bakorwil III Provinsi Jawa Timur, Kota Malang, Senin (30/6/2025) kemarin. (Istimewa)

Pemerintah Kota Batu dan pemerintah Kabupaten Pasuruan telah melakukan penandatanganan kesepakatan penarikan garis batas daerah.

Perubahan batas wilayah antara Kota Batu dan Kabupaten Pasuruan dipicu oleh pemekaran Desa Tulungrejo menjadi dua desa, yaitu Desa Tulungrejo dan Desa Sumberbrantas, berdasarkan Peraturan Daerah Kota Batu Nomor 6 Tahun 2007.

Perubahan ini berdampak pada penyesuaian garis batas yang sebelumnya telah ditetapkan dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 47 Tahun 2007.

Penandatanganan dilakukan oleh Wali Kota Batu Nurochman dan Bupati Pasuruan Rusdi Sutejo di Rumah Dinas Kepala Bakorwil III Provinsi Jawa Timur, Kota Malang, Senin (30/6/2025) kemarin.

“Penandatanganan kesepakatan ini menjadi langkah strategis untuk memastikan kepastian hukum batas wilayah guna menghindari potensi sengketa di masa depan, serta mendukung perencanaan pembangunan yang terintegrasi,” kata Nurochman, Selasa (1/7/2025).

Selain itu perubahan titik batas pertigaan antara Kelurahan Pecalukan, Desa Sumbergondo, dan Desa Wonorejo Kabupaten Malang diubah dari PBU 81 menjadi TK 25.

“Jadi kesimpulannya, penegasan batas desa antara Kelurahan Pecalukan (Kabupaten Pasuruan,red) dengan Desa Sumbergondo (Kota Batu,red) telah disepakati dan diverifikasi melalui survei lapangan,” ujarnya.

Artinya, wilayah Kota Batu bakal bertambah dan akan mengambil sedikit wilayah Pasuruan. Penambahan wilayah Kota Batu itu tepatnya di Kecamatan Bumiaji, berbatasan dengan wilayah Prigen Kabupaten Pasuruan.

Nurochman menambahkan, rencananya ke depan akan dilakukan pembukaan akses baru yang bersinggungan dengan Kabupaten Pasuruan.

Baca juga: Fakta-fakta Steven Johnson Syndrome Dituding Jadi Penyebab Jokowi Sakit Kulit hingga Ultah 64 Tahun

5 Fakta Kota Batu

Kota Batu di Provinsi Jawa Timur pada awalnya berdiri sebagai kota administratif pada 6 Maret 1993.

Kemudian, Kota Batu ditetapkan menjadi daerah otonom pada 17 Oktober 2001 sebagai pemecahan dari wilayah Kabupaten Malang.

Kota Batu yang terletak di dataran tinggi dengan ketinggian 700 sampai 1.700 meter di atas permukaan laut.

Posisinya menyebabkan suhu di Kota Batu selalu dingin dan sejuk sehingga disebut sebagai salah satu kota terdingin di Indonesia.

Dengan potensinya, Bappenas sempat menyebut Kota Batu sebagai the real tourism city.

Baca juga: Ini Titik Lokasi Perubahan Batas Wilayah Kota Batu usai Kesepakatan dengan Kabupaten Pasuruan

Berikut adalah beberapa fakta menarik tentang Kota Batu yang bisa Anda simak.

1. Kota Agropolitan

Kota Batu disebut sebagai kota agropolitan karena menjadi kota pertanian yang tumbuh dan berkembang dari hasil bumi yang dihasilkan.

Seperti diketahui, Kota Batu memiliki tanah yang subur dan dimanfaatkan masyarakat untuk bercocok tanam.

Kota Batu tak hanya menghasilkan buah apel namun juga sayuran dan buah-buahan lain.

Perdagangan hasil perkebunan dan pertanian ini menyumbang pemasukan bagi masyarakat, selain bidang pariwisata.

2. Sebutan Kota Apel

Lokasi Kota Batu dengan tanahnya yang subur membuatnya cocok menjadi tempat budidaya berbagai tanaman, salah satunya apel.

Apel kemudian menjadi komoditas perkebunan buah utama dan menjadi identitas Kota Batu hingga saat ini.

Para wisatawan tidak hanya bisa menemukan apel segar, namun juga berbagai olahan apel dari minuman dan makanan.

Empat varietas apel unggulan Kota Batu yaitu manalagi, rome beauty, anna, dan wangling.

Baca juga: Atlet Paralayang Porprov Jatim 2025 Ungkap Kesulitan Mengudara di Gunung Banyak Kota Batu 

3. Swiss Kecil di Pulau Jawa

Kota Batu terletak di dataran tinggi dengan pemandangan yang indah dengan udara yang sejuk.

Sejak abad ke-10, wilayah ini digunakan sebagai tempat peristirahatan bagi kalangan keluarga kerajaan.

Begitu pula pada masa pendudukan Belanda, lokasi ini digunakan untuk tempat peristirahatan karena suasana dan lokasinya tersebut.

Sebagai tempat peristirahatan orang Belanda, Kota Batu pernah disebut sebagai De Kleine Switzerland atau Swiss Kecil.

4. Kawasan Wisata Songgoriti

Pada masa pemerintahan Raja Sindok, seorang abdi kerajaan bernama Mpu Supo diminta membangun peristirahatan.

Kawasan Batu dipilih karena lokasinya dan adanya mata air di tempat ini.

Setelah dibangun, mata air ini digunakan untuk mencuci pusaka kerajaan. Kekuatan pusaka tersebut membuat mata air berubah menjadi panas yang dikenal hingga kini.

Di tempat ini juga bisa ditemui wisata sejarah Candi Songgoriti atau Candi Supo.

Baca juga: Cara Kota Batu Bangkitkan Tanam Buah Apel, Wali Kota Nurochman: Atraktif dan Modern

5. Mitos Asal Nama Batu

Asal nama Batu sendiri belum diketahui secara pasti karena belum ditemukan bukti sejarahnya.

Namun ada yang menyebut sebutan ini berasal dari nama seorang ulama pengikut Pangeran

Diponegoro yang bernama Abu Ghonaim atau disebut sebagai Kyai Gubug Angin.

Masyarakat kemudian menyebutnya sebagai Mbah Wastu.

Namun kebiasaan memperpendek nama agar cepat memanggil seseorah membuat nama Mbah Wastu dipanggil Mbah Tu, yang kemudian menjadi Mbatu atau Batu.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com

Berita Viral dan Berita Jatim lainnya

Informasi lengkap dan menarik lainnya di GoogleNews TribunJatim.com

Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved