Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Warga Binaan Lapas Kelas IIB Tulungagung Produksi Kasur Sapi untuk Proses Inseminasi Buatan

Setiap bulan, Lapas Kelas IIB Tulungagung menyetor 6-7 matras ke Balai Besar Inseminasi Buatan (BBIB) Singosari Kabupaten Malang.

Penulis: David Yohanes | Editor: Dwi Prastika
Tribun Jatim Network/David Yohanes
PESANAN MATRAS - Dua warga binaan Lapas Kelas IIB Tulungagung, Jawa Timur, sedang mengerjakan pesanan matras atau kasur untuk sapi yang dipakai dalam proses inseminasi buatan, Rabu (6/8/2025). Lapas Tulungagung mampu membuat 6-7 matras sapi per bulan yang disetor ke Balai Besar Inseminasi Buatan (BBIB) Singosari Malang. 

Poin Penting:

  • Warga binaan Lapas Kelas IIB Tulungagung memproduksi matras raksasa yang terbuat dari sabut kelapa untuk alas sapi dalam proses inseminasi.
  • Satu matras sapi ini dijual seharga Rp 1.300.000.
  • Setiap bulan para warga binaan bisa memproduksi 6-7 matras sapi.

Laporan Wartawan Tribun Jatim Network, David Yohanes

TRIBUNJATIM.COM, TULUNGAGUNG - Sejumlah warga binaan Lapas Kelas IIB Tulungagung terlibat pembuatan matras raksasa yang terbuat dari sabut kelapa.

Matras atau kasur dengan ukuran 3x3,5 meter dan ketebalan 20-30 cm ini digunakan untuk alas sapi dalam proses inseminasi atau sering disebut kawin suntik sapi.

Setiap bulan, Lapas Kelas IIB Tulungagung menyetor 6-7 matras ke Balai Besar Inseminasi Buatan (BBIB) Singosari Kabupaten Malang.

“Untuk lapas di Jawa Timur, hanya Lapas Tulungagung yang memproduksi alas untuk inseminasi sapi,” ujar Kepala Lapas Kelas IIB Tulungagung, Maruf Prasetyo Hadianto, Minggu (17/8/2025).

Lanjutnya, proses produksi ini melibatkan 10 warga binaan.

Mereka sebelumnya telah mendapatkan pelatihan dari pihak luar yang punya kepedulian terhadap warga binaan.

Sementara untuk bahan baku, Lapas Tulungagung mendapat pasokan sabut kelapa dari wilayah Tulungagung dan Blitar.

“Mereka (warga binaan) sendiri yang mengerjakan. Mulai dari bahan baku, mengolahnya kemudian merangkainya menjadi produk jadi,” tambahnya.

Diakui Maruf, produksi matras sapi ini terkendala keterbatasan lokasi.

Baca juga: 12 Warga Binaan Lapas Kelas IIB Ponorogo Langsung Bebas usai Dapat Remisi Hari Kemerdekaan

Untuk 1 matras saja diperlukan tempat 4x4 meter sedangkan area workshop dalam lapas harus berbagi dengan kegiatan yang lain.

Karena kendala itu, setiap bulan para warga binaan hanya bisa memproduksi 6-7 matras sapi.

“Dalam sekali produksi, paling hanya buat untuk 2 alas sapi karena keterbatasan ruangan. Jadi memang tidak bisa digenjot,” katanya.

Satu matras sapi ini dijual seharga Rp 1.300.000.

Hasil penjualan kemudian dipotong untuk ongkos produksi berikutnya.

Sisanya akan dibagi kepada warga binaan yang terlibat produksi sebagai uang premi.

"Satu orang bisa mendapatkan Rp 300.000 sampai Rp 500.000. Semua langsung masuk ke rekening mereka,” ungkap Maruf.

Uang premi ini akan menjadi tabungan warga binaan dan akan jadi bekal saat mereka bebas.

Namun jika keluarga butuh uang, uang di rekening ini juga bisa ditransfer lewat layanan perbankan yang bekerja sama dengan Lapas Tulungagung.

Uang premi memang tidak diwujudkan dalam bentuk tunai, karena Lapas Tulungagung menekankan transaksi cashless untuk warga binaan.

“Produk kami sudah diakui kualitasnya. Ini bukan sekadar inovasi, tetapi juga pemberdayaan ekonomi bagi warga binaan,” tegas Maruf.

Pembuatan matras sapi ini dinilai punya nilai strategis karena mengolah produk limbah kelapa.

Proses pembuatannya sederhana namun punya nilai jual yang kompetitif.

Produk dari sabut kelapa ini juga mengurangi ketergantungan pada matras dari bahan sintetis.

“Secara tidak langsung produk ini juga membantu meningkatkan kualitas lingkungan dengan memanfaatkan limbah organik yang terbarukan,” pungkasnya.

Sumber: Tribun Jatim
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved