Paket komoditas kebutuhan dasar bukan makanan diwakili oleh 51 jenis komoditas di perkotaan dan 47 jenis komoditas di perdesaan.
Penghitungan garis kemiskinan dilakukan secara terpisah untuk daerah perkotaan dan perdesaan.
Berdasarkan perhitungan BPS, berikut sepuluh provinsi dengan tingkat kemiskinan tertinggi pada Maret 2025:
Baca juga: Margaret Bungkam Omongan Guru dan Tetangga, Berhasil Masuk UI Meski Dikatai Miskin Banyak Gaya
Jumlah penduduk miskin berdasarkan provinsi:
- Jawa Timur: 3.875.880 orang
- Jawa Barat: 3.654.740 orang
- Jawa Tengah: 3.366.690 orang
- Sumatera Utara: 1.140.250 orang
- Nusa Tenggara Timur (NTT): 1.088.780 orang
- Sumatera Selatan: 919.600 orang
- Lampung: 887.020 orang
- Banten: 772.780 orang
- Aceh: 704.690 orang
- Sulawesi Selatan: 698.130 orang.
Persentase penduduk miskin berdasarkan provinsi:
- Papua Pegunungan: 30,03 persen
- Papua Tengah: 28,9 persen
- Papua Barat: 20,66 persen
- Papua Selatan: 19,71 persen
- Papua: 19,16 persen
- Nusa Tenggara Timur: 18,6 persen
- Papua Barat Daya: 17,95 persen
- Maluku: 15,38 persen
- Gorontalo: 13,24 persen
- Aceh: 12,33 persen.
Baca juga: Pemprov Jatim Bebaskan Tunggakan Pajak Kendaraan Warga Miskin, Ojol dan Motor Roda Tiga
Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kemiskinan
Berdasarkan data yang sudah dirilis, BPS menjelaskan bahwa persentase penduduk miskin terbesar berada di wilayah Pulau Maluku dan Papua sebesar 18,90 persen.
Sementara itu, persentase penduduk miskin terendah berada di Pulau Kalimantan sebesar 5,15 persen.
Meski begitu, sebagian besar penduduk miskin masih berada di Pulau Jawa (12,56 juta orang) dari segi jumlah, sedangkan jumlah penduduk miskin terendah berada di Pulau Kalimantan (0,89 juta orang).
BPS menjelaskan, tingkat kemiskinan pada Maret 2025 dipengaruhi oleh beberapa faktor, yakni:
- Ekonomi Indonesia Triwulan I-2025 masih tumbuh 4,87 persen (y-on-y)
- Pengeluaran konsumsi rumah tangga pada Triwulan 1-2025 mencapai Rp1.741,0 triliun, meningkat 2,21 persen dibanding Triwulan III-2024 dan 4,89 persen dibanding Triwulan I-2024
- Nilai Tukar Petani (NTP) pada Februari 2025 sebesar 123,45 yang menunjukkan indeks harga yang diterima oleh petani lebih tinggi dibandingkan indeks harga yang dibayar oleh petani
- Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Februari 2025 turun dibandingkan Agustus 2024. Penurunan lebih cepat pada wilayah perdesaan
- Jumlah setengah pengangguran di Perkotaan pada Februari 2025 meningkat 0,46 juta jiwa dibandingkan Agustus 2024
- Proporsi pekerja infotmal pada Februari 2025 sebesar 59,40 persen
- Perkembangan harga berbagai komoditas pada Februari 2025 dibandingkan Maret 2024 menunjukkan pola yang bervariasi. Beberapa komoditas pangan mengalami kenaikan harga, antara lain minyak goreng, cabai rawit, dan bawang putih. Sementara itu, komoditas yang mengalami penurunan harga antara lain beras, daging ayam ras, dan bawang merah
- Diskon tarif listrik sebesar 50 persen yang masih berlaku pada Februari 2025 turut memberikan andil terhadap terjadinya deflasi.