Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Berita Viral

Penjelasan Dosen UGM soal Efek Mikroplastik di Tubuh Manusia, Paparan Tinggi di Kota Besar

Ternyata keberadaan mikroplastik tidak bisa diremehkan, dampak dan bahayanya bagi tubuh manusia tidak main-main.

Penulis: Ignatia | Editor: Ignatia Andra
TribunJatim.com/ Sugiyono
PAPARAN TINGGI - Foto hanya ilustrasi. Tim peneliti di Lembaga Ecoton menyaksikan layar monitor yang menunjukkan adanya mikroplastik, Senin (22/11/2021). Ternyata kota-kota besar berpotensi bisa mendapatkan paparan mikroplastik yang lebih tinggi. 

"Paparan paling tinggi biasanya dari makanan dan minuman yang dikemas plastik. Kebiasaan ini memang perlu diubah secara bertahap," tuturnya.

Dari sisi kesehatan masyarakat, Annisa menilai tantangan terbesar dalam mengendalikan paparan mikroplastik adalah rendahnya kesadaran dan kebiasaan konsumsi masyarakat.

"Kita bisa mulai dari hal kecil seperti membawa botol minum sendiri atau menghindari kantong plastik saat berbelanja. Upaya kecil ini berkontribusi besar dalam menekan akumulasi mikroplastik di lingkungan," ujarnya.

Baca juga: Batal Nikah karena Gaji Calon Suami Kecil, Wanita Tak Mau Kembalikan Uang Lamaran Rp 465 Juta

Ia juga menyoroti pentingnya tanggung jawab industri dalam pengelolaan limbah plastik.

Produsen dinilai perlu mengembangkan sistem pengembalian kemasan dan daur ulang produk.

"Produsen yang menghasilkan plastik semestinya punya program taking back trash. Pemerintah dan industri harus bekerja sama agar sampah tidak berakhir di tempat pembuangan akhir," ucapnya.

Annisa menilai konsep reduce dan reuse masih menjadi strategi paling efektif dalam mengurangi potensi akumulasi mikroplastik di alam.

Beberapa negara telah memberi insentif bagi masyarakat yang mengembalikan produk lama atau mendaur ulang limbah plastik.

Menurutnya, pola semacam itu bisa diterapkan di Indonesia sesuai konteks sosial dan budaya masyarakat.

"Program pengurangan sampah bisa dilakukan lewat kolaborasi industri dan masyarakat. Intinya, sampah harus dikurangi dari sumbernya," ungkapnya.

Ia menambahkan, mikroplastik kini bahkan ditemukan di atmosfer, air hujan, dan awan, menandakan bahwa polusi plastik telah bersifat global.

"Mikroplastik sudah menyebar di berbagai media lingkungan, termasuk udara dan awan. Kalau kita tidak menghentikan sumbernya, dampaknya bisa semakin luas," urainya.

Annisa menekankan pentingnya membangun kesadaran kolektif, mulai dari individu hingga pembuat kebijakan.

Pemerintah daerah, menurutnya, dapat mengambil langkah konkret dengan membatasi penjualan air minum dalam kemasan plastik di sekolah atau fasilitas publik.

"Kesadaran harus dibangun dari diri sendiri dan lingkungan sekitar. Kalau sejak anak-anak sudah dibiasakan membawa botol minum sendiri, kita bisa berharap generasi berikutnya lebih peka terhadap isu plastik," pungkasnya.

Baca juga: Dirman Girang Diangkat Jadi PPPK Meski Bulan Depan Pensiun, Sudah 5 Tahun Jaga Gerbang Sekolah

Halaman 2/3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved