Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Penanganan Banjir Surabaya Harus Maksimal, Bahtiyar Rifai: Jangan Ada Bangunan di Atas Saluran Air

Wakil Ketua DPRD Kota Surabaya Bahtiyar Rifai mendorong Pemkot)Surabaya agar makin optimal dalam menjalankan program penanganan banjir

Penulis: Nuraini Faiq | Editor: Samsul Arifin
‎Humas Pemkot Surabaya
‎HARUS OPTIMAL - Alat berat terus bekerja dalam proyek penanggulangan banjir di Kota Surabaya. Selain pembangunan saluran menyeluruh, juga normalisasi sungai hingga optimalisasi rumah pompa. 

‎"Di awal musim hujan ini, sejumlah wilayah masih digenangi banjir. Hal ini wajar karena projek penanganan banjir dengan pembuatan saluran menyeluruh masih dikerjakan. Namun harus ada target. Setidaknya hujan tidak bikin cemas warga karena wilayahnya akan kebanjiran." ‎Bahtiyar Rifai, ‎Wakil Ketua DPRD Kota Surabaya

‎TRIBUNJATIM.COM, SURABAYA - ‎Wakil Ketua DPRD Kota Surabaya Bahtiyar Rifai mendorong Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya agar makin optimal dalam menjalankan program penanganan banjir.

Di awal musim hujan ini, sejumlah wilayah masih digenangi banjir.

‎‎Hal ini wajar karena projek penanganan banjir dengan pembuatan saluran menyeluruh masih dikerjakan. "Namun harus ada target. Setidaknya hujan tidak bikin cemas warga karena wilayahnya akan kebanjiran," kata Bahtiyar, Jumat (7/11/2025).

‎‎Harus dipahami, penanggulangan banjir tidak hanya melalui pembangunan fisik saluran atau bozem, hingga pompar air. Tapi juga terpenting adalah menjaga kebersihan saluran dan meningkatkan kesadaran warga.

‎‎Menurut Bahtiyar, hingga akhir tahun ini sejumlah proyek drainase dan rumah pompa masih berproses dan perlu dikawal agar selesai tepat waktu.

Baca juga: Gelar Hajatan hingga Menutup Jalan Picu Polemik, DPRD Surabaya: Perlu Disikapi Bijak

‎Pemkot Surabaya harus memaksimalkan program penanganan banjir sesuai rencana. Saat ini masih ada pengerjaan proyek saluran hingga akhir tahun. Semua harus mengawasi agar hasilnya optimal.

‎‎Politisi Partai Gerindra itu menilai bahwa  pembangunan saluran air tidak cukup hanya mengandalkan aspek fisik. Di lapangan, masih banyak ditemukan sampah menumpuk di muara saluran dan area rumah pompa. Justru ini menjadi pekerjaan tambahan ketika hujan deras datang.

‎‎“Ada beberapa rumah pompa yang di ujungnya masih ditemukan sampah menumpuk. Ini tentu memperlambat kerja petugas di lapangan,” kata Bahtiyar.

‎‎Berdasarkan data Dinas Sumber Daya Air dan Bina Marga (DSDABM) Surabaya, tumpukan sampah terbesar terjadi di saluran Greges menuju Bozem Morokrembangan, dengan temuan sampah mulai dari sofa, kasur, helm hingga perabot rumah tangga.

‎‎Kondisi ini membuat petugas harus bekerja 24 jam membersihkan saringan pompa agar air bisa cepat surut. Bahtiyar berharap, pembersihan saluran dan pengerukan sedimen dilakukan secara rutin bahkan saat tidak musim hujan. Tujuannya agar daya tampung saluran tetap ideal dan air hujan bisa mengalir lancar ke sistem pembuangan utama.

‎‎“Saat tidak musim hujan pun, sebaiknya saluran terus dibersihkan. Sampah dan sedimen harus diangkat supaya ukuran dan kedalaman saluran tetap sesuai kapasitasnya,” katanya.

‎‎Bangunan Liar dan Edukasi Warga

‎Selain faktor teknis, Bahtiyar juga menyoroti masih banyaknya bangunan liar dan lapak pedagang di atas saluran air, yang kerap menjadi penghambat saat perbaikan dilakukan. Warga harus diedukasi.‎

‎Dia mendorong kelurahan, RT/RW, serta Satpol PP lebih proaktif menertibkan tanpa menunggu instruksi dari Pemkot. “Banyak saluran yang di atasnya dipakai untuk menaruh barang atau lapak PKL. Hal-hal seperti ini perlu ditertibkan supaya ketika ada perbaikan, petugas tidak lagi kesulitan membuka saluran,” tuturnya.

‎Selain itu, pentingnya konektivitas antar-saluran antarwilayah agar aliran air tidak terputus di tengah jalan. Ia mengingatkan agar perencanaan pembangunan saluran air saat Musrenbang dilakukan secara menyeluruh dan berbasis kebutuhan riil lapangan.

‎“Ketika nanti ada perbaikan saluran, harus ada konektivitas antar wilayah. Jangan sampai kampung A bangun sendiri, kampung B juga, tapi salurannya tidak nyambung. Ini sering terjadi karena perencanaan ego sektoral,” jelasnya.

Sumber: Tribun Jatim
Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved