Operasi Amputasi Korban Bullying Tuntas
Tanggapi Bullying Siswa SMPN 16 Malang, Khofifah Minta Fungsi Konseling di Sekolah Dimaksimalkan
Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa meminta agar fungsi konseling di sekolah-sekolah Jawa Timur diperkuat.
Penulis: Fatimatuz Zahroh | Editor: Elma Gloria Stevani
TRIBUNJATIM.COM, SURABAYA - Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa meminta agar fungsi konseling di sekolah-sekolah Jawa Timur diperkuat menyusul adanya kasus bullying yang menimpa siswa SMPN 16 Malang berusia 13 tahun di Kota Malang.
Pasalnya, mantan Menteri Sosial itu sangat menyayangkan kejadian bullying tersebut bisa menimpa siswa sekolah di Jawa Timur.
Karena itu, ia mengimbau pada seluruh sekolah di Jawa Timur, mulai kepala sekolah hingga guru kelas untuk semakin waspada mengawasi para siswanya.
"Jika fungsi konseling ini berjalan baik, siswa akan terbiasa untuk menceritakan masalah yang mereka hadapi pada gurunya atau konselor sebayanya. Ini menjadi penting, agar hal-hal yang tidak kita inginkan bisa dicegah lebih awal," tutur Khofifah, Rabu (5/2/2020).
• Kamar Kos Rp 30 Ribu per Jam di Tulungagung, Pemilik Sewakan Tempat untuk Pasangan Bukan Suami Istri
• Aliansi Indonesia Damai (AIDA) Dorong Pemerintah Beri Kompensasi untuk Korban Terorisme
• Valentino Rossi dan Maverick Vinales Sapa Penggemar Indonesia, Yamaha: Momen Bahagia Tak Terlupakan
• 193 Ribu Warga Jatim Bakal Dapat Kartu Pra Kerja, Ini yang Diprioritaskan Gubernur Khofifah
• Pria 52 Tahun Ditemukan Tewas di Kamarnya, Awalnya Ngorok dan Mendadak Stop karena Serangan Jantung
Sebagaimana ramai diberitakan, kasus perundungan pada siswa SMP berusia 13 tahun di Kota Malang sempat viral di media sosial. Seorang siswa berinisial MS mengalami perundungan oleh teman sebayanya.
MS dibully dengan kekerasan yang menyebabkan syaraf jari tengah tangan kanannya tidak berfungsi. Hingga tim dokter rumah sakit memutuskan agar jari tengah MS tersebut harus diamputasi. Kasus perundungan pada MS kini juga ditangani oleh pihak yang berwajib.
Tidak hanya itu, secara khusus Khofifah meminta agar korban bullying di Kota Malang diberi pendampingan. Pendampingan yang ia maksud tak lain adalah pendampingan dari segi medis untuk perawatan korban hingga pendampingan dari psikolog.
Pendampingan psikolog menurut mantan Menteri Sosial ini penting untuk bisa memulihkan kondisi mental siswa. Menurutnya, kejadian bullying yang dialami siswa sangat memungkinkan terjadinya rasa trauma.
"Jangan sampai ada trauma pada korban. Maka fungsi psikolog untuk bisa memberikan phychotherapy bisa berjalan. Jangan sampai siswa tak mau sekolah atau kelak mengalami kesulitan bergaul dengan teman sebanya," tegas Khofifah.
Pelaku Bullying
Selain pendampingan pada korban, Khofifah juga meminta agar pelaku bullying juga mendapatkan pendampingan yang tepat. Sebagaimana diketahui, pelaku bullying pada MS berjumlah lebih dari satu.
• Kuli Bangunan Nekat Gasak Sepeda Ontel, Disergap Polsek Gayungan, Eh Malah Ditinggal Kabur Temannya
• Cara Cerdas Risma Atasi Fenomena Gangster Bawa Samurai hingga Gergaji yang Resahkan Warga Surabaya
• Tangis Siswa Korban Bully di Malang Pasca Diamputasi, Polisi Lakukan Trauma Healing, Mungkin Syok
Menurut Khofifah masing-masing pelaku harus dibina secara intensif dan komprehensif. Meski saat ini ada proses hukum yang berjalan, namun KHofifah menegaskan pembinaan secara perilaku dari orang tua, dan juga guru harus tetap dilakukan. Khususnya agar hal ini tidak terulang kembali di sekolah tersebut.
"Kemudian juga pelakunya. Pendampingan orang tua, guru sekolah sangat dibutuhkan. Bagaimana agar anak-anak yang masih di bawah umur ini bisa mendapatkan pemahaman yang tepat bagaimana menjalin hubungan pertemanan yang baik dengan sebayanya," kata Khofifah.
Lebih lanjut, mantan Menteri Sosial dan mantan Menteri Pemperdayaan Perempuan ini mengimbau pada seluruh guru sekolah di Jawa Timur tak lengah dalam mengawasi siswanya di sekolah. Guru kelas, guru mata pelajaran, bukan hanya bertanggung jawab pada prestasi akademik siswa saja. Tapi guru juga ikut memiliki tanggung jawab pada perilaku dan interaksi antar siswa di sekolah termasuk juga pergaulan mereka.
Jika ada indikasi yang menyimpang, termasuk ada indikasi perundungan, diharapkan guru bisa gerak cepat untuk bisa mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan. Jangan sampai kejadian perundungan baru diketahui dan dihentikan ketika sudah ada jatuh korban.
Penulis: Fatimatuz Zahroh
Editor: Elma Gloria Stevani