Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Berita Terpopuler

BERITA TERPOPULER JATIM: Dwi Astutik Bukan Adik Kandung Khofifah - Petani Garam di Lamongan Menjerit

Empat berita terpopuler Jatim hari ini, Jumat (4/9/2020). Dwi Astutik bukan adik kandung Khofifah hingga petani garam di Lamongan menjerit.

TRIBUNJATIM.COM/FATIMATUZ ZAHROH
Berita Terpopuler Jatim Hari Ini: Klarifikasi terkait adanya kabar heboh adik kandung Gubernur Khofifah maju sebagai Wabup Sidoarjo. 

TRIBUNJATIM.COM - Beragam berita menarik yang terjadi di wilayah Jawa Timur terangkum dalam berita terpopuler Jatim hari ini, Jumat (4/9/2020).

Pada berita terpopuler Jatim hari ini dibuka dengan klarifikasi terkait adanya kabar heboh adik kandung Gubernur Khofifah maju sebagai Wabup Sidoarjo.

Adik kandung yang dimaksdukan dari kabar tersebut adalah Dwi Astutik.

Selanjutnya, petani garam di Lamongan menjerit, harga garam di Lamongan hancur.

Musim kemarau biasanya jadi harapan para petani garam untuk meraup untung dengan produksi garamnya.

Namun kondisi memprihatinkan kini tengah dirasakan petani garam di Kabupaten Lamongan Jawa Timur.

Ingin tahu berita selengkapnya, berikut berita terpopuler Jatim hari ini, Jumat (4/9/2020) yang dirangkum TribunJatim.com untuk Anda:

1. Dwi Astutik Bukan Adik Kandung Khofifah Indar Parawansa, Gubernur Jatim 'Netral' dalam Pilkada 2020

Gubernur Jawa Timur, Khofifah.
Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa. (TRIBUNJATIM.COM/FATIMATUZ ZAHROH)

Tim Media Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa, Trisnadi, menegaskan  Gubernur Khofifah akan menjaga jarak yang sama dalam Pilkada Serentak 2020.

Hal ini menyusul adanya kabar santer yang tersiar bahwa ada salah satu bacalon di daerah strategis di Jawa Timur mengklaim membawa nama Gubernur Khofifah untuk maju pemilihan kepala daerah.

"Pertama yang ingin kami luruskan dan kami tegaskan adalah Gubernur Khofifah netral dalam Pilkada di semua daerah. Jika ada yang membawa nama Gubernur untuk maju mencalonkan diri di daerah tertentu, itu klaim yang tidak benar," kata Trisnadi, Kamis (3/9/2020).

Menurut Trisnadi hal ini penting untuk diluruskan agar tidak ada klaim berkelanjutan yang ditakutkan akan mendatangkan hal yang tidak diinginkan atau merugikan orang lain.

Tinjau Klaster Covid-19 di Ponpes Banyuwangi, Khofifah Pastikan Suplai Makanan Cukup Selama Isolasi

Hari Jadi Polwan ke-72, Gubernur Jawa Timur Khofifah: Polwan Harus Makin Cakap dan Cakep

Pasalnya hingga saat ini masih ada saja orang yang mengaku dekat dengan Gubernur Khofifah dan mengklaim utusan untuk ditugaskan dalam Pilkada Serentak.

Utamanya, pria penghobi mobil tua ini menegaskan bahwa, netralnya Gubernur Khofifah dalam Pilkada Serentak 2020 sudah disampaikan jauh hari sebelum tahapan Pilkada dimulai.

Gubernur Khofifah, tegas memegang marwah sebagai kepala daerah yang ingin equal distance pada semua pihak.

Tak sampai di sana, Tris, begitu ia biasa disapa juga turut mengklarifikasi adanya kabar heboh adik kandung Gubernur Khofifah maju sebagai Wabup Sidoarjo.

Adik kandung yang dimaksdukan dari kabar tersebut adalah Dwi Astutik.

Baca Selengkapnya

2. Jenazah di Pantai Coro Ternyata Nelayan Lobster, Keluarga Sempat Tak Curiga, Syok: Dia Pamit

Tim SAR Basarnas mengevakuasi jenazah di dermaga TPI Pantai Popoh.
Tim SAR Basarnas mengevakuasi jenazah di dermaga TPI Pantai Popoh. (ISTIMEWA/TRIBUNJATIM.COM)

Jenazah yang dievakuasi Basarnas dari Pantai Coro, Desa Besole, Kecamatan Besuki ternyata adalah Slamet Riyadi (59).

Slamet merupakan seorang nelayan penangkap lobster asal Dusun Jengglung, Desa Jengglungharjo, Kecamatan Tanggunggunung.

Sebelumnya, jenazah yang sudah rusak itu sempat diduga Karyanto (38), nelayan asal Kecamatan Munjungan, Kabupaten Trenggalek yang hilang sembilan hari silam.

Kepala Desa Jengglungharjo, Rudi Santoso memaparkan, Slamet berangkat mencari lobster di sekitar Pantai Coro pada Minggu (30/8/2020).

Sempat Jadi Polemik, Jenazah TKW Asal Kediri Akhirnya Dimakamkan di Malaysia, Relawan Ikut Hadir

Niat Liburan ke Pantai Berujung Celaka, 2 Gadis Ini Jatuh dari Motor, Tak Hafal Kondisi Medan Jalan

Saat itu dia pamit pada keluarganya, akan pergi selama empat hari.

“Dia ini nelayan lobster yang menyisir tebing-tebing sarang lobster. Jadi dia tidak menggunakan perahu, tapi dari darat,” terang Rudi, Kamis (3/9/2020).

Keluarga pun tidak merasa curiga, karena Slamet sudah biasa pergi beberapa hari sebelum pulang dengan membawa tangkapan lobster.

Karena itu keluarga tidak pernah menyangka Slamet hilang di laut.

Selama ini keluarga juga tidak melapor ke polisi, karena mengira Slamet masih menyisir tebing menangkap lobster.

Baca Selengkapnya

3. Pupuk Langka di Situbondo, Pengurus Apdesi Wadul DPRD

Ilustrasi seorang pekerja menurunkan pupuk bersubsidi.
Ilustrasi seorang pekerja menurunkan pupuk bersubsidi. (SURYA/DAVID YOHANES)

Kelangkaan pupuk bersubsidi terjadi di Kabupaten Situbondo, Jawa Timur. Akibarnya pengurus Asosiasi Perangkat Desa Seluruh Indonesia (APDESI) Kabupaten Situbondo, mendatangi kantor DPRD Situbondo, Kamis (03/09/2020).

Kedatangan pengurus Apdesi untuk mengadukan terjadinya kelangkaan pupuk bersubsidi ditingkat petani. mereka ditemui langsung di temui lansung oleh komisi dua di ruang rapat paripurna DPRD Situbondo.

Ketua Apdesi H Juharto mengatakan, makud kedatangan Apdesi ini terkait kelangkaan pupuk di pasaran.

Meski massa pandemi virus Corona atau Covid-19, kata Kades Banyuputih ini menjelaskan, namun dengan terjadinya kelangkaan pupuk menyebabkan para buruh tani hilang pekerjaannya.

Tak Punya Kartu Tani, 72 Ribu Petani di Madiun Sulit Dapatkan Pupuk Bersubsidi

Mojokerto Alami Kelangkaan Pupuk Subsidi, Petani Terancam Rugi: Biaya Operasional Tanam Membengkak

"Tak berdampak pada buruh tapi kelangkaan pupuk juga berdampak terhadap prekonomian di Situbondo," ujar H Juharto kepada TribunJatim.com.

Untuk itu, lanjut H Juharto, pihaknya berharap agar pupuk bisa beredar sesuau dengan kebutuhan masyarakat petani.

"Kami menyadari itu pupuk bersubsidi, tapi kalau itu kurang saya mohon bapak dewan agar Pemkab Situbondo mensubsidi pupuk tersebut. Sehingga masyarakat petani mendapat pupuk bersubsidi itu," katanya.

Jika para petani menggunakan pupuk non subisidi, maka biaya petani akan semakin besar dan petani tidak akan mendapat keuntungan dari hasil pertaniannya.

"Mahal saja tidak ada barang," tukasnya.

Ia berharap pemerintah bisa menjembatani kebutuhan pupuk bersubsidi dari pusat.

Baca Selengkapnya

4. Petani Garam di Lamongan Menjerit, Harga Garam di Lamongan Hancur

Sarimin, petani garam.
Sarimin, petani garam. (SURYA/WILLY ABRAHAM)

Musim kemarau biasanya jadi harapan para petani garam untuk meraup untung dengan produksi garamnya.

Namun kondisi memprihatinkan kini tengah dirasakan petani garam di Kabupaten Lamongan Jawa Timur.

Mereka mengeluhkan rendahnya harga garam jauh dari ideal biaya produksi. Artinya harga garam di Lamongan terjun bebas.

Salah satu petani garam di Lamongan, Arifin mengatakan, harga jual garam dari para petani berlaku saat ini hanya berada pada kisaran Rp 200 perkilogram hingga Rp 300 per kilogram.

Pedagang Ayam Pasar Nglames dan Petani Madiun Positif Covid-19, Gejala Awal Sama: Tak Nafsu Makan

Petani Tambak Resah Air Sungai Gresik Bau Tidak Sedap, Diduga Tercemar Limbah Tahu: Ikan Bisa Mati

Harga yang tidak memihak petani ini menurut sudah mulai dirasakan petani garam selama kurang lebih satu tahun terakhir.

"Sudah hampir setahun harga garam tidak naik-naik. Harga Rp 300, bahkan Rp 200 juga ada," kata Arifin kepada TribunJatim.com, Kamis (3/9/2020).

Lebih parahnya, kata Arifin pembelinya juga sangat minim. Tidak ada transaksi pembelian dalam jumlah besar.

Arifin menilai, bahwa harga Rp 200 sampai Rp 300 tidak sebanding dengan pekerjaan dan termasuk biaya produksi garam. Produksi garam tidak dikerjakan sendiri oleh petani, tapi melibatkan pekerja lain.

Menurut Arifin, jika laku Rp 500 rupiah maka akan sedikit impas dengan biaya pengelolaan. Namun baru ideal jika laku Rp 750 hingga Rp 800.

Arifin memperkirakan anjloknya harga garam produksi rakyat dalam negeri ini dimungkinkan akibat adanya kebijakan impor garam oleh pemerintah, keputusannya diambil saat tidak tepat.

Baca Selengkapnya

Sumber: Tribun Jatim
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved