Tak Mau Rugi Akibat Melambungnya Harga Kedelai, Perajin Tempe di Kota Blitar Kurangi Ukuran Produksi
Tak mau merugi akibat tingginya harga kedelai, perajin tempe di Kota Blitar pilih kurangi ukuran produksi.
Penulis: Samsul Hadi | Editor: Dwi Prastika
Laporan Wartawan TribunJatim.com, Samsul Hadi
TRIBUNJATIM.COM, BLITAR - Para perajin tempe dan tahu di Kota Blitar tetap bertahan untuk berproduksi di tengah tingginya harga kedelai.
Mereka menyiasati kenaikan harga kedelai dengan mengurangi ukuran produksi tempe agar tidak merugi.
Seperti yang dilakukan Imam Sutanto, perajin tempe dan tahu di Kelurahan Pakunden, Kecamatan Sukorejo, Kota Blitar, ini.
Sutanto belum menaikkan harga jual tempe ke konsumen meski harga kedelai terus naik tinggi.
Dia memilih mengurangi ukuran produksi tempe untuk menyiasati kenaikan harga kedelai.
Baca juga: Tren Kesembuhan Pasien Covid-19 di Kota Blitar 91,15 Persen, Satgas Berharap Tak Ada Lonjakan Kasus
Baca juga: Harga Kedelai Meroket, Pembuat Tahu Trenggalek Kecilkan Ukuran Produk: Pembeli Ngertinya Harga Murah
"Kalau harga dinaikkan, kami susah menjual. Untuk menyiasati, ukuran potongan tempe saya perkecil dari biasanya. Pembeli juga sudah menyadari," kata Imam, Senin (4/1/2021).
Dikatakannya, kenaikan harga kedelai sebenarnya sudah terjadi sejak sebulan lalu, tetapi secara bertahap.

Harga kedelai yang semula Rp 6.500 per kilogram secara perlahan terus naik dan sekarang tembus Rp 9.200 per kilogram sampai Rp 9.300 per kilogram.
"Kenaikannya mencapai Rp 2.500 per kilogram. Dulu juga sempat naik harganya, tapi tidak setinggi sekarang," ujarnya.
Baca juga: Harga Cabai Rawit di Tuban Terus Meroket di Awal Tahun 2021, Musim Penghujan Pengaruhi Stok
Baca juga: Jam Malam Tulungagung Dimulai Pukul 20.00 WIB, Bupati Minta Camat dan Kepala Desa Instruksikan Warga
Biasanya, kata Imam, kenaikan harga kedelai dipicu masalah cuaca.
Faktor cuaca membuat pengiriman kedelai dari luar negeri ke Indonesia terlambat.
"Hampir semua kebutuhan kedelai di Indonesia impor dari Amerika Latin. Biasanya kalau cuaca buruk, pengiriman kedelai dari luar negeri sempat terlambat dan itu memicu kenaikan harga," katanya.
Tapi, dia melihat kenaikan harga kedelai kali ini bukan karena faktor cuaca. Dia memperkirakan kenaikan harga kedelai karena ada peningkatan permintaan di negara lain.
"Perkiraan harga kedelai masih terus naik. Kalau harga tembus Rp 10.000, mungkin kami baru menaikkan harga jual tempe," katanya.
Baca juga: Pemkab Ponorogo Masih Tunda Sekolah Tatap Muka pada Semester Genap TA 2020/2021
Baca juga: Pasar Besar Madiun Buka Lagi 6 Januari 2021, Hanya Pedagang Domisili Kota Madiun yang Boleh Jualan