Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Berita Kota Malang

Kisah Pilu Anak Bawa Ayahnya yang Kritis, Ditolak RS Hermina Malang hingga Meninggal Dunia

Kisah Pilu Anak Bawa Ayahnya yang Kritis, Ditolak RS Hermina Malang hingga Meninggal Dunia

Penulis: Benni Indo | Editor: Ndaru Wijayanto
tribunjatim.com/Benni Indo
Eliya Widyana Putri (26), anak kedua almarhum Wahyu Widianto menunjukan foto mendiang yang tersimpan di ponsel pintarnya. Eliya mengaku sakit hati terhadap RS Hermina karena mengabaikan kondisi ayahnya yang kritis. 

Lalu mobil ambulans tersebut mengantar Wahyu ke RS Saiful Anwar. Setelah tiba di UGD RS Saiful Anwar, ada petugas medis datang memeriksa kondisi Wahyu.

"Saat itu tenaga medis bilang kalau ayah sudah meninggal dunia," kenang Eliya.

Mendengar informasi itu, kesedihan Eliya dan keluarga yang lain tak terbendung. Eliya merasa sakit hati mengingat perlakuan RS Hermina yang tidak membantu apapun terhadap kondisi ayahnya yang kritis.

"Saya sakit hati. Kami hanya ingin mendapatkan pelayanan kesehatan," ungkap Eliya.

Jenazah Wahyu masih berada di dalam ambulans. Pihak keluarga langsung membawa jenazah Wahyu ke rumah duka saat itu juga. 

Laporkan RS Hermina

Anggota DPRD Kota Malang, Arif Wahyudi akan melaporkan perlakuan RS Hermina terhadap warga yang membutuhkan bantuan medis ke Dinas Kesehatan Kota Malang.

Arif juga menyatakan akan mempelajari aturan mengenai pemberian sanksi terhadap lembaga kesehatan yang menyalahi prosedur penanganan.

Ia menyatakan hal itu setelah menemui pihak RS Hermina pada Selasa pagi (12/3/2024). Arif yang juga tetangga almarhum datang ke RS Hermina untuk mendengarkan langsung perihal kronologi penanganan medis dari pihak RS Hermina.

Dari pertemuan itu, pihak RS Hermina menyatakan telah mencoba memberikan upaya penanganan medis. Pihak RS juga mengaku telah menyediakan kasur perawatan.

Fatalnya, pihak RS Hermina tidak memberitahukan hal itu kepada pihak keluarga yang berada di luar IGD. Mendengar penjelasan itu, Arif melihat ada hal yang aneh. Bagi Arif, tidak masuk akal ketika ada upaya penanganan tapi pihak keluarga tidak diberitahu apapun.

"Karena kondisinya kritis, makannya minta bantuan relawan yang sudah siap dengan ambulans. Kalau keluarga dibertahu untuk menunggu, pasti menunggu. Ini tidak diberitahu sama sekali. Kan aneh," tegasnya.

Pihak RS Hermina juga membenarkan bahwa kamar perawatan penuh. Menurut Arif, alasan seperti itu tidak bisa diterima karena keselamatan nyawa lebih utama daripada harus memprioritaskan mengurus administrasi. Arif menyayangkan keteledoran yang dilakukan pihak RS Hermina terhadap warganya.

"Ada keteledoran setelah kami bicara. Mereka mengaku menyiapkan tempat tidur, tapi tidak diberitahukan kepada keluarga pasien sehingga kondisi pasien terlantar. Itu yang membuat kacau. Seharusnya diinformasikan kepada keluarga untuk menunggu," terang Arif.

Arif menyarankan agar pihak RS Hermina memperbaiki pelayanan mengingat kebijakan tentang kesehatan adalah prioritas negara, selain pendidikan. Ia juga kembali mengingatkan agar petugas medis memprioritaskan keselamatan nyawa pasien terlebih dahulu.

"Nyawa lebih penting dari apapun. Sepenuh apapun kamar perawatan, kalau ada kritis seperti ini harus ditangani. Kalau perlu ditaruh di tempat seadanya dulu. Saya akan pelajari dulu peraturannya soal pemberian sanksi. Kami di legislatif akan kaji terlebih dahulu. Kalau memang dibutuhkan sanksi,  kami rekomendasikan untuk itu," ujarnya

Sumber: Tribun Jatim
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved