Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Berita Kota Malang

Petani Tasikmadu Wadul Kerusakan Irigasi ke Pj Wali Kota Malang, Sebut 5 Tahun Tak Ada Perbaikan

Petani Tasikmadu wadul kerusakan irigasi ke Pj Wali Kota Malang, sebut 5 tahun tidak ada perbaikan, padahal sudah berganti kepala daerah.

Penulis: Benni Indo | Editor: Dwi Prastika
Tribun Jatim Network/Benni Indo
Petani di Kelurahan Tasikmadu, Malang, Sutarji menunjukkan ukuran irigasi yang mengecil, bahkan seukuran sejangkal jari, Rabu (26/6/2024). 

Laporan Wartawan Tribun Jatim Network, Benni Indo

TRIBUNJATIM.COM, MALANG - Petani di Kelurahan Tasikmadu, Malang, Sutarji meminta bantuan Pj Wali Kota Malang, Wahyu Hidayat untuk memperbaiki irigasi.

Sutarji menunjukkan kepada Tribun Jatim Network kondisi irigasi yang rusak di kawasan lahan pertanian. 

Irigasi yang rusak tersebut sepanjang sekitar 200 meter.

Diameternya sudah mengecil, bahkan Sutarji membuktikannya dengan ukuran jengkal jemarinya.

"Bahkan tidak sampai untuk satu jengkal pun," kata Sutarji, Rabu (26/6/2024). 

Selain ukuran yang menyempit, kondisi tanahnya banyak yang amblas. Di saluran air terdapat banyak sedimen.

Beberapa di antaranya sudah tertutup oleh rerumputan.

Sudah lebih dari lima tahun ini, Sutarji menunggu perbaikan.

Ia bersama petani lainnya pernah mengusulkan perbaikan irigasi tersebut ke Kelurahan Tasikmadu.

Bahkan Sutarji menyatakan rencana perbaikan telah masuk Musrenbang.

Baca juga: Optimalisasi Pengelolaan Jaringan Irigasi, Dinas PU Banyuwangi Jalin Kerja Sama Operasi di 5 Wilayah

Namun nyatanya, sampai berganti kepala daerah, tidak ada perbaikan sama sekali.

"Biasanya petani secara swadaya memperbaiki saluran yang bocor di atas," ujar Sutarji menceritakan upaya petani untuk menanggulani kondisi yang ada.

Sutarji adalah Ketua Kelompok Tani Sri Lestari. Di kelompok itu, terdapat 32 petani yang menggarap 22 hektare sawah.

Di Kelurahan Tasikmadu, ada 111 hektare sawah yang terdata oleh Pemerintah Kota Malang.

Rusaknya irigasi yang ada menjadi tantangan tersendiri bagi petani.

Saat ini, mereka bisa panen dua kali dalam setahun.

Sutarji meyakini, jika irigasi baik, para petani bisa mengerjakan panen tiga kali dalam setahun.

Di bawah terik matahari siang hari yang menyengat, Sutarji menunjukkan kepada Tribun Jatim Network kondisi kerusakan irigasi.

Ia juga menunjukkan kondisi lahan pertanian lainnya yang bahkan tidak teraliri air.

Rusaknya irigasi ini juga berdampak pada semangat anak-anak muda mengerjakan sawah.

Sutarji menceritakan, anaknya tidak mau mengerjakan sawah karena mengetahui aliran air rusak.

"Anak saya kehilangan semangat mengerjakan sawah. Padahal saya ingin anak-anak saya melanjutkan menggarap sawah yang ada. Dari sawah ini, saya menyekolahkan mereka sampai kuliah," ujarnya.

Menurut Sutarji, penghasilan dari mengerjakan lahan sawah bisa diandalkan.

Dalam sebulan, jika dirata-rata, Sutarji bisa mendapatkan Rp 1,5 juta sampai Rp 2,5 juta.

Menurutnya jumlah itu sudah cukup untuk kebutuhan hidupnya. Jika bisa panen tiga kali dalam setahun, maka pendapatannya berpotensi naik.

Sutarji telah menyampaikan kondi irigasi tersebut saat bertemu Wahyu Hidayat di sawah.

Ia meminta agar pemerintah bisa membantu. Wahyu yang mendengar keluhan itu segera menunjuk Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (Dispangtan) Kota Malang untuk mendata dan melakukan perbaikan.

"Berarti selama lima tahun ini tidak diperbaiki?" tanya Wahyu menegaskan kembali pernyataan Sutarji.

Sutarji dan petani yang lain membenarkan pertanyaan Wahyu.

Setelah mendapatkan jawaban yang yakin, Wahyu meminta segera ada perbaikan. Wahyu juga meminta Lurah Tasikmadu memberikan laporan terkait kondisi tersebut.

Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (Dispangtan) Kota Malang segera melakukan survei lokasi dan wilayah.

Dispangtan memiliki tanggung jawab memperbaiki irigasi tersier.

Kepala Dispangtan Kota Malang, Slamet Husnan menyatakan, pada 2023, pihaknya mengucurkan Rp 230 juta untuk perbaikan 11 titik irigasi di Kota Malang.

"Kalau irigasinya tipe sekunder dan premier, yang mengerjakan DPUPRKP," katanya.

Setelah mengetahui lokasi dan kondisi irigasi yang berada di lahan pertanian Sutarji, Slamet menyatakan, irigasi tersebut masuk wilayah Kota Malang. Tipe irigasinya tersier sehingga bisa dikerjakan oleh Dispangtan.

"Kami akan coba masukan usulannya di PAK atau awal tahun 2025. Mengenai informasi yang katanya sudah masuk Musrenbang, kami akan konfirmasi ke lurahnya," terang Slamet.

Slamet menjelaskan, berdasarkan pengalaman memperbaiki irigasi selama ini, sebagian besar kondisinya menyempit dan sudah ditumbuhi rumput.

Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 28 Tahun 2015 tentang Jaringan Irigasi, ukuran minimum irigasi tersier adalah lebar dasar saluran 0,30 meter, tinggi air 0,30 meter, kemiringan talud 1:1.

"Sebenarnya secara keseluruhan masih fungsi, tapi di titik-titik tertentu ada sedimen banyak dan rumput tinggi. Kadang petani bisa swadaya untuk menyelesaikan persoalan," terang Slamet.

Sumber: Tribun Jatim
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved