Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Berita Viral

Dorong Gerobak Sendiri, Nenek Ade Penjual Bubur Tetap Senyum Meski Dagangan Tak Habis, Suami Sakit

Dorong gerobak sendirian, nenek Ade penjual bubur tetap menyunggingkan senyumannya meskipun dagangan tak laku, suaminya sudah 7 tahun sakit.

Penulis: Ignatia | Editor: Mujib Anwar
Tribun Bogor
Nenek Ade yang berjuang keras berjualan sendirian sejak suaminya menderita sakit prostat 

“Seharinya makan cerelac, kadang buah papaya, ya, dikerok aja kayak bayi gitu,” ujar nenek Wahyu, Ranina (60), saat diwawancarai di kediamannya pada Rabu (19/12/2024).

Dibesarkan oleh ibunya dan neneknya, Wahyu mengalami kehidupan yang penuh keterbatasan. 

Ayahnya pergi meninggalkan mereka ketika Wahyu masih dalam kandungan, sehingga keluarga kecil ini harus berjuang sendiri.

Baca juga: Sebulan Dirawat di RS, Bayi Tak Dijemput Keluarga Ternyata Ibu Kabur, Tak Mampu Bayar Biaya Berobat

Ranina mengaku kesulitan untuk memenuhi kebutuhan hidup Wahyu.

“Ya, sulit karena dari biayanya dia kan juga sudah enggak punya bapak, jadi usaha dari emaknya sendiri sedapatnya saja,” jelas Ranina.

Meskipun menghadapi tantangan ini, Ranina tidak merasa kesulitan dalam merawat Wahyu.

Ia mengikhlaskan sisa umurnya untuk menjaga cucunya tercinta.

Ibu Wahyu bekerja sebagai penjaga warung es, dan sehari-harinya mendapatkan gaji sebesar Rp 30.000.

"Dia dapat upah kerja sama orang Rp 30.000 sehari. Itu juga tidak tiap hari, bayarnya bulanan," ungkap Ranina.

Baca juga: Pemulung Mbah Ahmad Rajin Sedekah Meski Berjuang karena Istri Sakit Kanker, Nyambi Jualan Agar-agar

Pendapatan yang terbatas ini harus dibagi untuk makan bertiga dan memenuhi kebutuhan Wahyu, yang memerlukan pampers dan cerelac.

Harga satu bal pampers Wahyu mencapai Rp 55.000.

Namun, karena keterbatasan uang, Ranina membeli pampers tersebut secara eceran.

Ia juga mengakui bahwa pendapatan Rp 30.000 tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga dan kebutuhan khusus Wahyu.

Meskipun demikian, Ranina berusaha sebaik mungkin agar pendapatan tersebut dapat cukup untuk kehidupan sehari-hari.

“Cukup enggak cukup, dicukup-cukupin lah mau gimana lagi,” ujarnya.

Di tengah hidup yang sulit, keluarga Wahyu pernah menerima bantuan dari pemerintah.

“Iya, sudah (pernah dapat bantuan), tapi dulu enggak tahu tahun berapa. Banyak ngasihnya, ada telur, beras, kasur lantai,” terang Ranina.

Selain itu, Wahyu juga mendapatkan kartu disabilitas yang bisa dicairkan senilai Rp 200.000.

Pihak kelurahan dan puskesmas setempat selalu memberikan perhatian dan dukungan untuk Wahyu.

Setiap bulannya, dokter dari Puskesmas Marunda datang untuk memeriksa kondisi Wahyu dan biasanya membawa susu.

Namun, sampai saat ini, Wahyu tidak menjalani pengobatan apa pun karena penyakitnya merupakan bawaan sejak lahir.

Dalam kesederhanaan dan keterbatasan, Wahyu dan keluarganya menunjukkan ketahanan yang luar biasa.

Mereka tetap berjuang meskipun harus menghadapi berbagai tantangan dan kesulitan dalam kehidupan sehari-hari.

Berita viral lainnya

Informasi lengkap dan menarik lainnya di Googlenews TribunJatim.com

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved