Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Berita Viral

Pagar Beton Berdiri Kokoh di Laut Cilincing, KKP Beber Alasan Berikan Izin Melibatkan Pemprov DKI

Berdirinya pagar beton sepanjang 3 KM di Laut Cilincing kini menjadi perbincangan, KKP sebut Pemprov terlibat tetapi Pramono membantahnya

Penulis: Ignatia | Editor: Mujib Anwar
Warta Kota
BEDA PENGAKUAN - Penampakan pagar beton di pesisir Jakarta, tepatnya kawasan Cilincing, Jakarta Utara. Staf Khusus Gubernur dan Wakil Gubernur Jakarta Bidang Komunikasi Publik, Chico Hakim menjelaskan jika pagar beton di perairan atau laut Cilincing, Jakarta Utara menjadi kewenangan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP). 

“Saya sudah minta kepada dinas terkait untuk segera mengundang perusahaan tersebut dan memberikan jaminan bahwa PT. Karyacipta Nusantara harus memberikan akses kepada para nelayan yang beraktivitas di tempat tersebut,” ujarnya.

Pada Mei 2025, Kompas.com sempat memantau pembangunan pagar beton di Cilincing.

Saat itu, dari Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Cilincing, pagar masih dalam tahap konstruksi dan belum digunakan untuk penampungan batu bara curah.

Kini, pagar beton tersebut sudah terbentang sekitar tiga kilometer dari daratan hingga ke laut.

Tiga bangunan serupa telah berdiri dan berfungsi sebagai lokasi penampungan batu bara curah.

Baca juga: Terlibat Judi Online, Ratusan Penerima Bansos di Kota Batu Dicoret

Nelayan tertekan dan merugi

Sejumlah nelayan mengaku hasil tangkapan mereka menurun sejak pagar beton difungsikan.

Ending (50), salah seorang nelayan, menuturkan sebelum ada pagar laut dan limbah batu bara, pendapatannya bisa mencapai Rp2,5 juta hingga Rp3 juta per hari.

“Penghasilannya sebelum ada limbah dan paku bumi (beton laut) mencapai Rp2,5 juta hingga Rp3 juta per hari,” ucap Ending saat ditemui, Jumat (22/8/2025).

Namun, setelah aktivitas bongkar muat menimbulkan pencemaran minyak dan limbah, hasil tangkapan berkurang drastis.

“Setelah ada limbah dan pembangunan (beton laut) kadang cuma dapat Rp50.000, Rp70.000, cuma pas gas dan solar saja, buat makan enggak ada,” ungkapnya.

Ending menambahkan, ia harus mengeluarkan biaya sekitar Rp80.000 sekali melaut.

Selama dua minggu terakhir, hasil tangkapannya terus sedikit sehingga sering kali ia pulang tanpa membawa uang.

Berita viral lainnya

Informasi lengkap dan menarik lainnya di Googlenews TribunJatim.com

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved