Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Polisi Berlakukan Sistem Buka Tutup di Kawasan Payung Kota Batu, Ada Perbaikan Saluran Drainase

Polisi menerapkan sistem buka tutup di Payung Kota Batu karena ada perbaikan saluran drainase di kawasan retakan tanah.

Penulis: Benni Indo | Editor: Dwi Prastika
TRIBUNJATIM.COM/BENNI INDO
Kondisi tanah yang ambles di sekitar Payung 1 Kota Batu, Senin (22/2/2021). 

Reporter: Benni Indo | Editor: Dwi Prastika

TRIBUNJATIM.COM, KOTA BATU - Satuan Polisi Lalu Lintas (Satlantas) Polres Batu berlakukan sistem buka tutup arus lalu lintas untuk kendaraan yang melintas di jalur Payung, Senin (22/2/2021).

Kebijakan itu diberlakukan karena ada aktivitas perbaikan saluran drainase di kawasan retakan tanah.

Perbaikan ini merupakan bagian dari rehabilitasi lokasi bencana retakan tanah.

DPU Bina Marga Provinsi Jawa Timur memasang box culvert di sepanjang jalan Payung 1 Songgoriti, Senin (22/2/2021).

Dalam laporannya, Kanit Dikyasa Satlantas Polres Batu, Ipda M Huda Rohman mengimbau agar pengendara lebih berhati-hati atau menggunakan jalur lain.

“Kami imbau kepada pengguna jalan untuk lebih berhati-hati, karena sedang dilaksanakan aktivitas pemasangan box culvert di kawasan Payung Songgoriti,” ujar Ipda M Huda Rohman, Senin (22/2/2021).

Sistem buka tutup ini dilakukan dengan cara menutup satu jalur jalan, sehingga kendaraan dari arah yang berlawanan harus bergantian melintas.

Selain itu, Ipda M Huda Rohman juga menerangkan, sejak terjadi retakan tanah di Payung 1 Songgoriti, Satlantas dan Dinas Perhubungan menerapkan pembatasan kendaraan.

Baca juga: Faktor Keamanan Jadi Alasan Pemkot Bangun Pasar Besar Kota Malang, Anggarannya Sekitar Rp 125 M

Baca juga: Pokdarwis di Tulungagung Tekor, Berharap Pemkab Segera Merelaksasi Tempat Wisata

Kendaraan muatan berat atau jumlah berat bruto (JBB) 14 ton dari arah Malang atau sebaliknya dilarang melewati jalan raya kawasan Payung, karena telah terjadi retakan tanah.

Di tempat terpisah, Kasi Kedaruratan dan Logistik BPBD Kota Batu, Achmad Choirur Rochim mengatakan, langkah yang dilakukan saat ini adalah penanganan jangka pendek dengan melakukan normalisasi dan memperlebar saluran drainase.

Serta bagian tepi jalan yang masih berupa tanah akan dirabat. Hal itu dilakukan agar air tak meresap ke dalam tanah.

"Penanganan jangka pendek hanya menghambat. Minimal jangan sampai jalan putus dulu dan tidak ada percepatan tanah longsor," ujarnya.

Sementara penanganan jangka panjang, masih dilakukan kajian akademisi dari Universitas Brawijaya Malang.

Baca juga: Tim Covid Hunter Polresta Malang Kota Jemput Pasien Isolasi Mandiri, Hindari Penyebaran Covid-19

Baca juga: Cegah Longsor di Kawasan Payung Kota Batu, Pemprov Jatim Akan Buat Sumur Pelega

Berbagai langkah ini diharapkan tidak membuat jalur putus total seperti yang terjadi pada 2013 lalu.

Unit Pelaksana Teknis Pengelolaan Jalan dan Jembatan (UPT PJJ) Dinas PU Bina Marga Pemprov Jawa Timur juga akan membuat sumur pelega atau relief well berdiameter satu meter di beberapa titik kawasan Payung.

Warga pengguna sepeda motor sedang melintas di atas jalan yang retak akibat pergeseran tanah di Payung 1, Kota Batu, 2021.
Warga pengguna sepeda motor sedang melintas di atas jalan yang retak akibat pergeseran tanah di Payung 1, Kota Batu, 2021. (TRIBUNJATIM.COM/BENNI INDO)

Rencana itu diputuskan setelah adanya koordinasi antara pihak terkait mengenai potensi longsor di kawasan Payung, Kelurahan Songgokerto, Kota Batu.

Kawasan Payung diketahui memiliki struktur tanah yang lunak. Maka dari itu, perlu langkah untuk pembenahan jangka panjang. Jalan retak yang merambat di jalur penghubung Kabupaten Malang dan Kota Batu itu merupakan jalan provinsi. Selain retak, permukaan tanah di kawasan ini mengalami ambles.

Baca juga: Angka Pengangguran di Jawa Timur 2020 Meninggi, BPS: Didominasi Perkotaan, Laki-Laki dan Lulusan SMA

Baca juga: Pemkot Batu Anggarkan Rp 250 Juta untuk Beli Lahan Relokasi Warga Terdampak Longsor di Brau

Karakter kontur wilayah di Payung sama seperti di Dusun Brau, Desa Gunungsari. Lambat laun terjadi peningkatan volume dan beban berat tanah pada bagian lereng sehingga pada titik tertentu akan mengakibatkan longsor.

Berdasarkan hasil kajian, banyak kandungan air yang tersimpan di dalam tanah hingga kedalaman 25 meter. Bahkan di kedalaman 2 meter bisa mengeluarkan sumber air.

Sumber: Tribun Jatim
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved