Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Perjuangan Tukang Ojek Sekolahkan Anak sampai Jadi Doktor, Diremehkan Tetangga: Bukan Profesi Hina

Perjuangan tukang ojek sekolahkan anak sampai jadi doktor, pernah diremehkan tetangganya.

Penulis: Alga | Editor: Mujib Anwar
ISTIMEWA
Perjuangan tukang ojek di Garut, Jawa Barat, antarkan anak berhasil raih gelar doktor 

Namun karena tak ingin mematahkan semangat anaknya menimba ilmu, keduanya pun tetap mengizinkan anaknya sekolah di SMAN 1 Garut dan berhasil lulus memuaskan.

"Masuk ke Unpad juga lewat jalur prestasi. Hasil tes juga diterima di kampus-kampus lain, tapi akhirnya pilih di Unpad," katanya.

Selama menjalani kuliah S-1 di Universitas Padjadjaran, Wiwit mengambil Jurusan Farmasi.

Wagiman mengaku, saat itu anaknya memang menerima beasiswa dan biaya hidup.

Namun biaya hidup sebesar Rp600.000 per bulan tidak mencukupi kebutuhan anaknya yang harus tinggal di kos-kosan di daerah Jatinangor.

"Kalau berangkat, dibekelin berapa, terima aja, tidak pernah minta lebih," kata sang ibu, Tatat.

Dengan segala perjuangan, Wagiman dan istri pun berhasil mengantarkan anaknya meraih jenjang S-1.

Sosok Wiwit Nur Hidayah anak tukang ojek di Garut yang berhasil meraih gelar doktor kimia termuda
Sosok Wiwit Nur Hidayah anak tukang ojek di Garut yang berhasil meraih gelar doktor termuda (ISTIMEWA)

Namun perjuangan Wagiman dan istri mengantar anaknya menimba ilmu belum selesai.

Lantaran selesai mengambil jenjang S-1 Farmasi, Wiwit melanjutkan kuliah profesi hingga menjadi apoteker.

Selesai meraih gelar apoteker, Wiwit rupanya belum puas dan melanjutkan ke jenjang S-2 dengan berbekal beasiswa karena prestasi selama menempuh jenjang S-1 dan profesi.

Bedanya, menurut Wagiman, beasiswa yang didapat anaknya nilainya lebih besar sehingga bebannya sedikit berkurang.

Tak puas dengan meraih gelar S-2, Wiwit ternyata juga sudah mempersiapkan diri untuk melanjutkan sekolah ke jenjang S-3.

Jenjang S-3 ini juga lewat jalur beasiswa yang nilainya juga lebih besar, sehingga anaknya bisa sampai melakukan penelitian ke Jepang.

"Beasiswanya besar, bisa sampai dua kali ke Jepang, tinggal di sana beberapa bulan, semuanya dibiayai beasiswa," kata Wagiman.

Selama anaknya terus menempuh pendidikan, Wagiman dan Tatat hanya bisa mendampinginya dan berdoa yang terbaik untuk Wiwit, sebab mendukung dengan biaya berat bagi mereka.

Apalagi anak bungsunya, adik dari Wiwit yaitu Dwi Sekar Pertiwi, juga sudah mulai kuliah di Universitas Padjadjaran.

"Saya mah enggak mau apa-apa dari anak-anak, melihat dia (Wiwit) bisa seperti sekarang saja sudah senang banget," kata Tatat sang ibu berseri-seri.

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved