Berita Situbondo
Dipecat Sepihak Diduga Karena Beda Pilihan di Pemilu 2024, Kadus di Situbondo Ancam Gugat Kadesnya
Kepala Dusun (Kadus) Kamirean, Desa Seletreng, Kecamatan Kapongan, mengancam akan menggugat kepala desanya imbas merasa dicopot secara sepihak.
Penulis: Izi Hartono | Editor: Ndaru Wijayanto
Laporan Wartawan Tribun Jatim Network, Izi Hartono
TRIBUNJATIM.COM, SITUBONDO- Kepala Dusun (Kadus) Kamirean, Desa Seletreng, Kecamatan Kapongan, Situbondo mengancam akan menggugat kepala desanya imbas merasa dicopot secara sepihak.
Eks mantan perangkat desa bernama Suryadi ini akan melayangkan gugatan, terkait pencopotan dirinya sebagai Kadus.
Saat dihubungi, Suryadi membenarkan dirinya telah dipecat oleh kepala desa. "Iya itu benar pak," kata Suryadi.
Alasan pemecatan itu, kata Suryadi, karena dinilai bersalah telah menggunakan uang pajak, akan tetapi uang itu sudah diselesaikan atau dilunasi.
"Saya juga dilaporkan memungli warga saat buat KK dan KTP," padahal saya tidak pernah minta-minta uang kepada warga," ujarnya.
Saat ditanya soal gadaikan tanah kas Desa, Suryandi tidak membantahnya dan sawah yang digadaikan itu sudah diketahui oleh kepala desanya.
"Tapi kenapa saya diberhentikan setelah Pemilu ini. Yang tau itu pak kades," ucapnya.
Suryadi menduga pemecatan dirinya karena tidak mendukung saudara kades yang sedang menjadi caleg dalam pemilihan legislatif tahun 2024 ini.
"Iya betul, saya ini dipecat karena tak mendukung saudaranya yang nyaleg itu," tukasnya.
Baca juga: Siasat Licik Mantan Kades dan Perangkat Desa di Trenggalek Korupsi Rp 156 Juta, Kini Kena Batunya
Baca juga: Cemburu Diduakan, Caleg Keji Suruh Pacar Habisi Wanita Pekerja Broker, Korban Dibuang ke Jurang
Adanya pemecatan yang sepihak, Suryadi dengan tegas menyatakan akan menggugat kepala desanya yang telah memecatnya dari jabatannya sebagai kadus.
"Intinya akan saya gugat dengan didampingi pengacara," kata Suryadi.
Dihubungi terpisah, Kepala Desa Seletreng Taufij Hidayat mengatakan, membenarkan pihaknya telah menonaktifkan Kadus Kamirena itu sejak tertanggal 5 Maret 2024.
Taufik menjelaskan, kasus yang dilakukan Kadus itu dimulai sejak tahun 2022 dan 2023 serta 2024, sehingga pihaknya telah melayangkan teguran secara lisan dan tertulis. "Itu banyak kasus di warga pak,"ujarnya.
Yang menjadi alasan pemecatan itu, Taufik menjelaskan, karena telah menggadaikan sawah kas desa, penggelapan dana pajak dan pungli kepada warganya.
"Sawah kas desa itu digadaikan di tahun 2024 ini," katanya.
Saat ditanya adanya kaitanya dengan politik, Taufik membantahnya, karena selama ini tidak pernah memaksa warganya untuk memilihnya.
"Tapi ini sudah menjadi keluhan warga sejak tahun 2022 dan itu sudah ada surat pengunduran diri setelah melangar aturan pasal 39 ayat 1.2 dan 3. Tapi saya sudah memberikan toleransi, akan tetapi sifatnya tidak berubah," tegasnya.
Baca juga: 3 Kades di Bojonegoro Diperiksa Kejari Soal Dugaan Korupsi Pengadaan Mobil Siaga
Kasus Serupa: Tak Dianggap Anak Kandung Akibat Beda Pilihan
Petaka perbedaan pilihan Pilpres 2024 membuat rumah tangga hancur.
Hal ini membuat wanita di Bekasi, Jawa Barat tak dianggap anak oleh ayahnya sendiri.
Diketahui, sang anak seorang wanita berinisial M (41) warga Bekasi, Jawa Barat.
Sementara ayahnya merupakan Y (70) yang juga berdomisili sama.
Kini, ayah tak menganggap M anak kandungnya akibat tidak satu pilihan capres-cawapres.
Baca juga: Caleg Gagal Berulah, Nyalakan Petasan Jumbo di Menara Masjid Sampai Bongkar Jalan Beton, Ending Maut
Baca juga: Mutasi Perangkat Desa di Lamongan Diprotes Warga, Minta Kades Cabut Keputusan
Kronologi
M menceritakan, sang ayah merupakan pendukung fanatik pasangan capres cawapres nomor urut 3 Ganjar Pranowo-Mahfud MD.
Sementara, M mendukung pasangan nomor urut 2 Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka.
Pada Desember 2023, M mengunggah dukungannya terhadap Prabowo-Gibran di Facebook.
"Pas saya menyatakan dukung Prabowo bulan Desember, langsung itu saya dibilang 'dicoret dari KK' karena bokap pendukung Ganjar garis keras. Dia enggak terima anaknya dukung Prabowo," ujar M saat berbincang dengan Kompas.com, Jumat (16/2/2024).
Diksi kalimat "dicoret dari KK" dari sang ayahanda bukan dalam artian sebenarnya, melainkan sudah tak lagi dianggap anak.
M berkata, kata-kata dirinya tak lagi dianggap anak ditulis sang ayah di dalam kolom komentar unggahannya.
Baca juga: Gelagat Terakhir Wanita Dibunuh Caleg Devara, Chat WA Ibu Pamit Malam Mingguan, Pulang Tinggal Jasad
"Dia bilang, 'kamu kalau dukung Prabowo, minta makan siang saja sama Prabowo. Kamu bukan anak saya lagi'. Digituin," tutur M yang sudah tidak tinggal bersama dengan sang ayah.
M yang berprofesi sebagai pedagang makanan daring ini menyesalkan peristiwa yang terjadi antara ia dengan ayahnya.
Ia tak menyangka perbedaan pilihan capres bisa sampai memutus hubungan keluarga, apalagi sedarah.
Sering adu argumen
Sebelum dirinya tidak lagi dianggap anak, M dan sang ayah sering adu argumentasi terkait masalah pemilihan calon presiden.
Respons sang ayah sempat membuat keluarga besarnya turun tangan.
Baca juga: Janjikan Rp150 Ribu per Pemilih, Caleg di Kediri dan Tim Sukses Tak Berani Pulang, Istri Ikut Pusing
Beberapa orang saudara mendekati ayah M dan membujuknya untuk tak bersikap keras terhadap M.
Namun, hingga usai pencoblosan, Y masih tidak mau berdamai dengan M.
M sendiri masih mencoba menghubungi sang ayah, meski sang ayah belum meresponsnya.
"Aku berharap bokap mendukung keputusanku bahwa yang kudukung adalah paslon berbeda dari dia. Jangan karena politik kami jadi terpisah," ujar M.
Caleg Gagal Berulah, Nyalakan Petasan Jumbo di Menara Masjid
Viral ulah Caleg gagal atau Caleg yang mendapatkan suara kecil berujung maut, karena membuat seorang nenek meninggal.
Caleg itu diketahui maju di Pemilu 2024, namun gagal mendapatkan suara besar di kampungnya.
Caleg tersebut juga pernah duduk menjadi anggota DPRD Subang selama dua periode di Partai Demokrat.
Kini Caleg yang pada Pemilu 2024 ini maju melalui Partai Nasdem tersebut gagal meraih suara di desanya dan kalah dari caleg pendatang baru.
Setelah merasa gagal dan dipastikan tak bisa duduk lagi di kursi DPRD Subang, caleg yang saat ini maju dari Partai Nasdem itu melakukan aksi tidak terpuji di kampung halamannya sebagai bentuk kekecewaannya gagal meraih suara di desanya.
Caleg yang pernah menjabat sebagai Ketua DPC Partai Demokrat Subang itu melakukan aksi dengan menyalakan petasan di siang bolong di atas menara masjid bersama tim suksesnya.
Bahkan, yang lebih memperihatinkan lagi, caleg tersebut membongkar jalan beton di Dusun Tegal Koneng, Desa Tambakjati, Kecamatan Patokbeusi, yang dibangun dari dana aspirasi caleg tersebut selama dua periode menjadi anggota DPRD Subang.
Video caleg tersebut melakukan aksi tidak terpuji sempat viral di media sosial dan menjadi sorotan publik.
Akibat aksi caleg tersebut, masyarakat Tambakjati menjadi resah, bahkan kabarnya tak sedikit anak-anak balita dan orang tua yang jatuh sakit hingga menjalani perawatan di rumah sakit akibat suara petasan berdaya ledak yang cukup besar tersebut.
Namun berdasarkan pantauan di lokasi, Minggu (25/2/2024), saat ini semuanya telah kondusif, setelah beberapa pihak termasuk kepolisian turun tangan menenangkan caleg tersebut agar tak melakukan aksi tidak terpuji lagi, yang dapat mengganggu ketertiban umum.

Berdasarkan data laman Pemilu2024.kpu.go.id hari ini, Minggu (25/2/2024), caleg Nasdem No 7 Dapil IV Subang tersebut hanya memperoleh 421 suara, kalah jauh dibandingkan dengan caleg lainnya di Dapil IV yang meliputi Kecamatan Ciasem, Patokbeusi dan Blanakan.
Nenek meninggal akibat suara petasan
Seorang nenek di Subang meninggal dunia diduga kaget mendengar suara petasan jumbo yang dinyalakan oleh salah satu Caleg Nasdem.
Caleg NasDem ini diduga frustasi akibat suaranya jeblok.
Nenek yang meninggal tersebut diketahui bernama Dayeh(60).
Nenek Dayeh diketahui meninggal pada Sabtu (24/2/2024) sore setelah sebelumnya dirawat di rumah sakit karena drop setelah mendengar suara petasan di sekitar rumahnya di Dusun Sengon, Tambak Jati, Kecamatan Patok Beusi, Subang.
Korban diduga memiliki riwayat sakit jantung dan langsung mengalami penurunan kondisi setelah mendengar suara petasan yang cukup keras dalam beberapa hari ini yang dinyalakan oleh caleg Nasdem tersebut.
Keluarganya mencoba membawanya ke beberapa rumah sakit di wilayah Pantura Subang dan Karawang, tetapi penuh dan tidak mendapatkan pelayanan.
Akhirnya, ia dibawa pulang dan menjalani perawatan di wilayah Sukamandi selama dua hari sebelum meninggal dunia di rumahnya pada Sabtu sore sekitar pukul 16.00 WIB.
“Memang sudah sakit pada awalnya, malam diinfus. Saat malam mendengar suara petasan kaget, besar banget. Dia kaget kemudian drop dan dibawa ke rumah sakit cuma di Puri Asih, enggak sanggup balik ke Cikalong,” kata tetangga korban, Daspin, Sabtu(24/2/2024)
"Di sana sama enggak ada tempat dan balik ke Jalan Wadas, sampai jam 2 dini hari. Ke sana ke sini enggak ada tempat, meninggal tadi jam 4 sore, Daspin menambahkan.
Sebelumnya, dalam video amatir, diduga sekelompok orang yang hendak menyalakan petasan di Dusun Sengon, Tambak Jati, Kecamatan Patokbeusi, Subang, terlihat menggunakan motor pada Senin malam sebelumnya.
Mereka terlihat membawa bambu yang digunakan untuk memasang petasan dan diduga sengaja meneror warga di wilayah itu karena kandidat Calon legislatif dari Partai Nasdem tersebut kalah oleh rekan separtainya dari Partai Nasdem dapil 4, yaitu Harungi Alvi.
Saat ini, Caleg AR tersebut sulit dihubungi dan media telah mencoba mendatangi rumahnya, tetapi tidak ada yang keluar.
Polisi telah mengamankan beberapa petasan yang diduga digunakan oleh kelompok tersebut tetapi enggan memberikan keterangan lebih lanjut
berita Situbondo terkini
TribunJatim.com
Tribun Jatim
Kecamatan Kapongan
berita jatim hari ini
Kepala Desa Seletreng
Akhir Nasib Plt Kades di Situbondo Gegara Konsumsi Sabu-Sabu, Jadi Tersangka Tapi Tak Ditahan |
![]() |
---|
Emak-emak di Situbondo Jadi Korban Begal saat Hendak ke Pasar, Dipukul lalu Motor Dibawa Lari |
![]() |
---|
Jembatan Menghubungkan Dua Dusun Desa Patemon Situbondo Ambrol, Tergerus Air Sungai yang Meluap |
![]() |
---|
Jangkar Tersangkut Karang, Perahu Terbalik di Perairan Situbondo, Begini Kondisi 4 Pemancing |
![]() |
---|
Sempat Terkatung-katung 4 Hari, Puluhan Jemaah Umrah PC NU Situbondo Dipastikan Berangkat Hari ini |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.