Berita Viral
Sosok Shandy Pembela Pagar Laut dan Mendebat Kholid, Mahasiswa DO yang Sebut Pagar Hasil Swadaya
Inilah sosok Shandy mahasiswa yang tak kunjung lulus dan ramai dibicarakan karena bela berdirinya pagar laut yang rugikan nelayan.
Penulis: Ignatia | Editor: Mujib Anwar
TRIBUNJATIM.COM - Sosok lawan debat nelayan Kholid menjadi perbincangan setelah isu soal pagar laut di Tangerang masih jadi perbincangan.
Nelayan Kholid menjadi sorotan lantaran berbicara soal nasib nelayan karena adanya pagar laut tersebut.
Sandhy Martha Praja, koordinator Jaringan Rakyat Pantura (JRP), adalah sosok yang mendebat Nur Kholid.
Shandy Martha Praja diperbincangkan usai mengaku membuat pagar laut Tangerang.
Ia mengaku-ngaku pagar laut dibuat secara swadaya dengan patungan Rp 5.000.
Shandy nimbrung dalam isu pagar laut Tangerang yang kini menjadi polemik.
"Sebetulnya bukan nelayan yang menancapkan bambu, tapi memang swadaya, kita sebut masyarakat. Karena ini (pagar laut) bukan hanya untuk kepentingan nelayan, ide dasarnya begitu. Ini adalah untuk juga kepentingan menahan abrasi, ombak dan segala macam, jadi dibuatlah tanggul itu," kata Shandy.
Dihadapkan dengan banyak narasumber termasuk nelayan Kholid, Shandy tampak kikuk menjawab pertanyaan soal pernyataannya yang kontroversial.
Terlebih nelayan Kholid blak-blakan bertanya ke Shandy soal pernyataan Shandy yang bak membela pendiri pagar laut.
Padahal Kholid sebagai nelayan yang sehari-hari melaut merasakan betul dampak buruk pagar laut tersebut.
Baca juga: 4 Pernyataan Nelayan Kholid Soal Pagar Laut Tangerang, Bantah Dibuat Swadaya - Cara Licik Korporasi
Karenanya saat mendengar Shandy menyebut pagar laut dibuat atas swadaya masyarakat, Kholid tak terima dan balik bertanya ke Shandy.
"Kenapa saya justru belum bisa menangkap ketika pemagaran laut itu dibilang swadaya. Karena tolak ukurnya adalah pendapatan dari nelayan. Saya hitung, bambu itu dari Karangserang sampai Kronjo diperkirakan jutaan. Kalau perbatang bambu aja, harga bambu Rp20 ribu sampai Rp15 ribu. Kita hitung dari yang terendah, (bambu) Rp15 ribu dikali berapa juta bambu, udah berapa. Kira-kira masuk enggak dalam pikiran kita ketika itu swadaya masyarakat? Sementara pendapatan masyarakat sendiri morat-marit," tanya Kholid, nelayan viral penentang pagar laut.
Mendengar pertanyaan Kholid, Shandy tak langsung menjawabnya.
Sambil beretorika, Shandy justru membahas soal framing dan kepentingan nelayan alih-alih menjawab pertanyaan Kholid.

Hal itu lantas ditertawakan oleh Kholid.
"Justru ini yang harus jadi pembahasan kita. Kenapa tadi saya buka dengan proxy war, tidak ada kepentingan untuk nelayan tersebut, dalam framing tersebut. Kenapa tidak diviralkan soal kesejahteraan nelayan, apa kebutuhan nelayan? rakyat kita tidak akan kenyang kalau kita hanya bilang kenyang 1000 kali," jawab Shandy.
"Artinya dana hitung-hitungan itu mungkin ya swadaya (dari nelayan)," imbuh presenter.
"Kan berangkatnya dari situ tuh," ujar Shandy kikuk.
Baca juga: Sosok Kholid, Lantang Protes Kasus Pagar Laut Tangerang: Saya Nelayan, Gak Sudi Dipimpin Korporasi
Lantas banyak yang penasaran siapa sebenarnya Shandy ini.
Kini terungkap bahwa Shandy Martha Praja ternyata seorang mahasiswa.
Dia terdaftar sebagai mahasiswa Universitas Muhammadiyah Tangerang.
Shandy mulai kuliah sejak 9 September 2016.
Ia mengambil studi Ilmu Pemerintahan.
Baca juga: Pantas Kholid Nelayan Tak Takut Meski Diancam Dalang Pagar Laut Tangerang, SHM Terbit di Era Jokowi
"Kampus UMT membenarkan Saudara Shandy sudah tidak menjadi mahasiswa UMT sejak Tahun 2021," kata Humas UMT Agus Kristian, seperti dikutip TribunJatim.com dari Tribun Bogor, Kamis (23/1/2025).
Agus mengungkap bahwa Shandy telah dikeluarkan sejak tahun 2021.
Jadi, 5 tahun kuliah ternyata Shandy tak kunjung jadi sarjana.
"Kampus UMT membenarkan saudara Shandy sudah tidak menjadi mahasiswa UMT sejak tahun 2021," katanya.

Datanya Shandy dikeluarkan atau Drop Out (DO) pada tahun 2021/2022 semester ganjil.
Sebelum mengaku sebagai Jaringan Rakyat Pantura, Shandy Martha Praja pernah menjadi kordinator Aliansi Mahasiswa dan Pemuda Bersatu.
Mereka melakukan demo menolak deklarasi Relawan Nasional 2019 Ganti Presiden pada Selasa 4 September 2018 di bundaran Alam Sutera, Serpong, Tangerang Selatan (Tangsel).
Kini Shandy Martha Praja kembali muncul mengatasnamakan sebagai Jaringan Rakyat Pantura (JRP).
Shandy nimbrung dalam isu pagar laut Tangerang yang kini menjadi polemik.
"Sebetulnya bukan nelayan yang menancapkan bambu, tapi memang swadaya, kita sebut masyarakat. Karena ini (pagar laut) bukan hanya untuk kepentingan nelayan, ide dasarnya begitu. Ini adalah untuk juga kepentingan menahan abrasi, ombak dan segala macam, jadi dibuatlah tanggul itu," kata Shandy.

Kholid menyebut pagar laut sepanjang 30 KM tersebut bukan merupakan hasil swadaya nelayan.
Jika ada yang mempercayai soal swadaya nelayan, maka menurutnya orang tersebut perlu dibawa ke psikiater.
Nelayan asal Serang Utara, Kholid, merespons terkait klaim bahwa pagar laut yang membentang 30 KM di perairan Tangerang karena hasil swadaya para nelayan setempat.
Sama seperti Eks Kabareskrim Polri Komjen Purn Susno Duadji, ia pun membantah klaim tersebut.
Menurutnya, tidak mungkin nelayan mampu urunan untuk membangun sendiri pagar laut tersebut.
Pendapatan sehari-hari para nelayan pun dinilai tak cukup untuk membeli pagar yang jumlahnya bisa mencapai miliaran rupiah.
"Jadi, kalau dilihat dari bangunan pagar itu, itu tidak mungkin dilakukan oleh orang yang tidak punya duit," ujar Kholid seperti dikutip dari Abraham Samad Speak Up yang tayang pada Sabtu (18/1/2025) di YouTube.
Ia blak-blakan menyebut orang yang percaya bahwa pagar laut hasil swadaya perlu diperiksa kondisi kesehatan mentalnya.
"Jika ada orang yang percaya bahwa itu dilakukan oleh swadaya masyarakat atau lokal, saya pikir itu harus dibawa ke psikiater. Pagar lautnya itu sepanjang 30 KM dari Karang Serang sampai ke Kronjo," tambahnya.
Baca juga: Sosok Nelayan Kholid Jadi Sorotan Tegas Tolak Pagar Laut, Punya Wawasan Luas Debat Soal Kerugian
Sebelumnya, eks Kabareskrim Polri, Komjen Purn Susno Duadji juga mengatakan hal senada.
Ia meragukan bahwa pagar laut yang membentang sepanjang 30 KM di perairan Tangerang diklaim sebagai hasil swadaya nelayan.
Susno menilai justru klaim tersebut patut dipertanyakan.
Ia sangsi jika para nelayan mampu merogoh kocek untuk pemasangan bambu-bambu di laut.
Sebab, pemasangan bambu menggelontorkan uang yang besar.
"Itu berpikirnya terbalik (kalau) swadaya nelayan. Nelayan itu kan sama dengan kita-kita ini, ekonominya enggak terlalu kuat," katanya seperti dikutip dari YouTube channel-nya yang tayang pada Jumat (17/1/2025).
Ia mengandaikan bahwa harga per satu bambu tak lebih dari Rp 25 ribu sementara yang dibutuhkan sangat banyak.
Dana yang dihabiskan untuk pemasangan bambu pun diperkirakan bisa mencapai miliaran rupiah.
"Mungkin bisa sampai 100 Miliar (rupiah). Kalau dikerjakan sendiri berarti sekian tahun nelayan ini tidak kerja cari makan, tidak melaut. Ada duit dibelikan bambu untuk masang pagar, tidak cari ikan tapi kerjanya masang pagar yang tidak dibayar karena swadaya," jelasnya.
"Yang ngomong ini kan botol," tambahnya.
Menurut Susno, botol diartikan orang yang asal berbicara tanpa dasar.
"Pikirannya udah sempoyongan, dianggapnya orang bodoh semua."
"Berapa nelayan yg swadaya? Di mana mereka mencari bambu? Mari lah kita dewasa dikit ya, jangan nge-botol gitu. Lebih celaka lagi mungkin ada orang yang bilang 'Wah itu orang yang ngomong gitu pengkhianat itu, Belanda hitam," pungkasnya.
Berita viral lainnya
Informasi lengkap dan menarik lainnya di Googlenews TribunJatim.com
lawan debat nelayan Kholid
Sandhy Martha Praja
koordinator Jaringan Rakyat Pantura (JRP)
pagar laut Tangerang
mahasiswa Universitas Muhammadiyah Tangerang
Ilmu Pemerintahan
berita viral
TribunJatim.com
Tribun Jatim
Ulah Bocah Gondol Mobil Polisi Berisi Senjata Api Lalu Kabur ke Hutan, Sempat Buron |
![]() |
---|
Imbas Kasus Keracunan Massal MBG, Sejumlah Guru Tak Mau Cicipi Makanan Meski sudah Diperintah |
![]() |
---|
'Lihat Ma Aku Bakar Rumahmu' Pemuda Bakar Rumah Ibu Imbas Kesal Tak Diberi Uang Rp 240 Ribu |
![]() |
---|
Saling Bantah Alasan soal Patung Tikus Berdasi Batal Tampil di Karnaval HUT Kemerdekaan |
![]() |
---|
Patung Tikus Berdasi Buatan Warga Dilarang Ikut Karnaval, Dianggap Provokasi hingga Didatangi Polisi |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.