Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Sosok Mbah Bas yang Teguh Mengabdi di Antara Nisan, Ceritakan Ingatan Pahit saat Pandemi Covid-19

Penjaga makam di Jombang, Mbah Bas ceritakan ingatan pahit saat masa pandemi Covid-19. Saat itu, gelombang kematian datang bertubi-tubi.

Penulis: Anggit Puji Widodo | Editor: Dwi Prastika
TribunJatim.com/Anggit Pujie Widodo
PENJAGA MAKAM - Basuki (71) atau Mbah Bas saat membersihkan area pemakaman umum Desa Gedangan, Kecamatan Mojowarno, Kabupaten Jombang, Jawa Timur, pada Rabu (19/11/2025). Ia ikhlas menjadi penjaga makam, walau tanpa bayaran pasti.  

Ia mulai sering membantu juru kunci lama di makam desa.

Sekadar menyapu, mengangkut ranting, atau memperbaiki nisan.

Siapa sangka, pekerjaan kecil itu justru menjadi panggilan hidup.

Dari hari ke hari, kehadirannya di makam semakin rutin.

Dari sekadar “membantu,” ia berubah menjadi seseorang yang selalu ada setiap kali warga membutuhkan bantuan mengurus pemakaman. Bahkan hingga ia lupa tahun berapa tepatnya ia memulai.

Baca juga: Sedih Lihat Tumpukan Buah Lontar Tua Membusuk, Warga Tuban Buat Olahan Jenang Siwalan yang Lezat

Pada tahun 2024, keputusan besar dibuat warga Desa Gedangan itu. Dalam sebuah musyawarah desa, nama Mbah Bas dan Syaiful (54) atau Cak Pul dipilih untuk menjadi juru kunci resmi TPU Gedangan dan Mojojejer.

"Warga menunjuk saya. Mereka bilang saya sudah lama merawat makam, jadi lebih paham kondisinya," kenang Mbah Bas.

Dua Penjaga, Ratusan Makam, dan Tugas Tanpa Jam Kerja

TPU Gedangan tidak hanya melayani satu desa, melainkan dua sekaligus, Desa Gedangan dan Mojojejer.

Luasnya mencapai puluhan petak, dengan ratusan nisan yang harus diawasi dari hari ke hari. Setiap musim hujan, tanah yang gembur membuat banyak makam rawan ambles. Nisan bisa miring dalam semalam.

Di sinilah peran Mbah Bas dan Cak Pul menjadi krusial.

Mereka harus berkeliling lebih sering, memeriksa setiap titik, dan kadang bekerja lebih keras karena hujan turun tanpa henti. Namun tugas terberat bukanlah membersihkan makam. Tugas itu adalah menggali liang lahat.

Menggali Liang Lahat

Sering kali kabar duka datang pada malam hari.

Suara speaker masjid yang mengabarkan kabar dulu atau kabar lisan mendadak membuat Mbah Bas harus bergegas mengambil cangkul dan lampu senter.

Ia dan Cak Pul berjalan ke makam saat desa sudah sepi, menggali tanah yang basah, berat, dan kadang penuh batu.

Jika pemakaman dilakukan siang atau sore, warga masih bisa membantu. Tetapi jika malam hari, hanya dua penjaga malam itulah yang mengerjakan. Meski demikian, mereka tidak pernah menolak.

Sumber: Tribun Jatim
Halaman 2/4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved