Sosok Mbah Bas yang Teguh Mengabdi di Antara Nisan, Ceritakan Ingatan Pahit saat Pandemi Covid-19
Penjaga makam di Jombang, Mbah Bas ceritakan ingatan pahit saat masa pandemi Covid-19. Saat itu, gelombang kematian datang bertubi-tubi.
Penulis: Anggit Puji Widodo | Editor: Dwi Prastika
Ia mulai sering membantu juru kunci lama di makam desa.
Sekadar menyapu, mengangkut ranting, atau memperbaiki nisan.
Siapa sangka, pekerjaan kecil itu justru menjadi panggilan hidup.
Dari hari ke hari, kehadirannya di makam semakin rutin.
Dari sekadar “membantu,” ia berubah menjadi seseorang yang selalu ada setiap kali warga membutuhkan bantuan mengurus pemakaman. Bahkan hingga ia lupa tahun berapa tepatnya ia memulai.
Baca juga: Sedih Lihat Tumpukan Buah Lontar Tua Membusuk, Warga Tuban Buat Olahan Jenang Siwalan yang Lezat
Pada tahun 2024, keputusan besar dibuat warga Desa Gedangan itu. Dalam sebuah musyawarah desa, nama Mbah Bas dan Syaiful (54) atau Cak Pul dipilih untuk menjadi juru kunci resmi TPU Gedangan dan Mojojejer.
"Warga menunjuk saya. Mereka bilang saya sudah lama merawat makam, jadi lebih paham kondisinya," kenang Mbah Bas.
Dua Penjaga, Ratusan Makam, dan Tugas Tanpa Jam Kerja
TPU Gedangan tidak hanya melayani satu desa, melainkan dua sekaligus, Desa Gedangan dan Mojojejer.
Luasnya mencapai puluhan petak, dengan ratusan nisan yang harus diawasi dari hari ke hari. Setiap musim hujan, tanah yang gembur membuat banyak makam rawan ambles. Nisan bisa miring dalam semalam.
Di sinilah peran Mbah Bas dan Cak Pul menjadi krusial.
Mereka harus berkeliling lebih sering, memeriksa setiap titik, dan kadang bekerja lebih keras karena hujan turun tanpa henti. Namun tugas terberat bukanlah membersihkan makam. Tugas itu adalah menggali liang lahat.
Menggali Liang Lahat
Sering kali kabar duka datang pada malam hari.
Suara speaker masjid yang mengabarkan kabar dulu atau kabar lisan mendadak membuat Mbah Bas harus bergegas mengambil cangkul dan lampu senter.
Ia dan Cak Pul berjalan ke makam saat desa sudah sepi, menggali tanah yang basah, berat, dan kadang penuh batu.
Jika pemakaman dilakukan siang atau sore, warga masih bisa membantu. Tetapi jika malam hari, hanya dua penjaga malam itulah yang mengerjakan. Meski demikian, mereka tidak pernah menolak.
Desa Gedangan
Kecamatan Mojowarno
Jombang
penjaga makam
human interest story
TribunJatim.com
Berita Jombang Terkini
Tribun Jatim
berita Jatim terkini
| Warga Terdampak Erupsi Gunung Semeru Mengungsi, BPBD Lumajang Pastikan Pengungsian Aman |
|
|---|
| Wakapolri Akui Banyak Polisi Kinerjanya Buruk, Blak-blakan Penyebab Ada Kaitan Kenaikan Pangkat |
|
|---|
| RedTalks Suara Muda Untuk Jatim Keren, PDIP Jatim Libatkan Anak Muda Rumuskan Arah Kebijakan |
|
|---|
| Sedih Lihat Tumpukan Buah Lontar Tua Membusuk, Warga Tuban Buat Olahan Jenang Siwalan yang Lezat |
|
|---|
| Melintas di Jembatan Saat Erupsi Gunung Semeru, Pasutri Asal Kediri Alami Luka Bakar |
|
|---|
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/jatim/foto/bank/originals/Basuki-atau-Mbah-Bas-saat-membersihkan-area-pemakaman-umum-Desa-Gedangan-jombang.jpg)