Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Sosok Mbah Bas yang Teguh Mengabdi di Antara Nisan, Ceritakan Ingatan Pahit saat Pandemi Covid-19

Penjaga makam di Jombang, Mbah Bas ceritakan ingatan pahit saat masa pandemi Covid-19. Saat itu, gelombang kematian datang bertubi-tubi.

Penulis: Anggit Puji Widodo | Editor: Dwi Prastika
TribunJatim.com/Anggit Pujie Widodo
PENJAGA MAKAM - Basuki (71) atau Mbah Bas saat membersihkan area pemakaman umum Desa Gedangan, Kecamatan Mojowarno, Kabupaten Jombang, Jawa Timur, pada Rabu (19/11/2025). Ia ikhlas menjadi penjaga makam, walau tanpa bayaran pasti.  

"Namanya orang meninggal, tidak bisa menunggu. Harus segera dimakamkan," ujarnya melanjutkan. 

Ingatan pahit yang hingga kini membekas baginya adalah masa pandemi Covid-19 pada tahun 2020.

Gelombang kematian datang bertubi-tubi. Tidak jarang sehari ada lebih dari 10 jenazah yang harus dimakamkan.

"Waktu itu sehari bisa 13 jenazah. Saya tidak pulang. Tidur sebentar di makam, lalu bangun lagi untuk menggali," kenangnya.

Di masa itu, Mbah Bas menyaksikan sendiri betapa cepat hidup berubah.

Betapa sunyi makam bisa menjadi hiruk pikuk yang penuh tangis.

Betapa pekerjaan yang ia lakukan begitu berarti, namun tetap sunyi tanpa publikasi, tanpa apresiasi, tanpa jeda.

Mengabdi dengan Ikhlas Meskipun Tanpa Gaji Tetap

Meski bertanggung jawab atas salah satu fasilitas publik terpenting di desa, Mbah Bas tidak memiliki gaji rutin.

Penghasilan hariannya tergantung pada kotak infak yang dibuka tiap bulan. Jika uang infak berjumlah Rp 300.000, maka ia dan Cak Pul masing-masing hanya menerima Rp 150.000.

Kadang keluarga almarhum memberi uang terima kasih. Jumlahnya tidak pernah dipatok.

"Kadang Rp 20.000, kadang Rp 10.000, pernah Rp 5.000. Ya saya terima. Yang penting ikhlas," ungkapnya melanjutkan.

Dalam pengakuannya, Mbah Bas mengatakan jika setahun sekali, ada tunjangan yang mereka terima, nominalnya Rp 1.000.000. Jumlah itu juga harus dibagi dua dengan Cak Pul, rekannya yang setiap menemani Mbah Bas.

Meski kecil, Mbah Bas tidak pernah mempermasalahkan. Ia tidak bekerja demi upah, melainkan demi menjaga amanah.

Keluarga yang Mengerti Pengabdian Sang Ayah

Di rumah, Mbah Bas tinggal bersama anak keduanya.

Sang anak pertama tinggal di Jogoroto, Jombang, sementara anak ketiga merantau ke Kalimantan Timur. Tidak ada satupun dari mereka yang keberatan ayahnya bekerja sebagai penjaga makam.

Sumber: Tribun Jatim
Halaman 3/4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved