Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Berita Viral

Bantah Kutip Siswi Rp100 Ribu Tiap Bulan, Kepsek Ungkap Awal Masalah dari Kelebihan Pembayaran PIP

Kepsek menjelaskan, awal mula isu yang kini sudah berkembang liar ini terjadi pada bulan Juli lalu.

Penulis: Alga | Editor: Mujib Anwar
TRIBUN MEDAN/MUHAMMAD NASRUL
BANTAH ADA PUNGLI - Kepala SMAN 1 Kabanjahe, Eddyanto Bangun, saat dikonfirmasi perihal isu tak sedap yang menerpa sekolah yang dipimpinnya, Jumat (26/9/2025). Terkait isu adanya intimidasi dan kutipan, Eddyanto menjelaskan, bermula saat mantan siswinya menerima kelebihan pembayaran dana PIP. 

"Awalnya saya kira tidak wajib, karena tulisannya hanya direkomendasikan," kata Shanty saat ditemui Kompas.com, Jumat (26/9/2025).

"Tapi kemudian dijelaskan kalau buku ini penting untuk menunjang nilai," lanjutnya.

"Kepala sekolah bahkan mengibaratkan, 'Ibu mau nilainya setengah gelas atau penuh sampai bibir?'," beber Shanty.

Menurut Shanty, setiap buku LKS dijual Rp20.000 dengan total Rp140.000 untuk tujuh mata pelajaran.

Buku tersebut bukan bagian dari paket LKS yang disediakan Pemkot, melainkan terbitan penerbit swasta.

Ia mengaku sempat mempertanyakan hal ini kepada wali kelas melalui pesan pribadi, tetapi tidak mendapat jawaban.

Shanty lalu mendatangi sekolah dan bertemu dua guru, sebelum akhirnya berbicara dengan kepala sekolah melalui telepon.

"Kepala sekolah bilang tidak wajib, tapi menegaskan buku itu penting untuk menambah nilai. Kalau begitu, kan tetap terasa wajib," ujar Shanty lagi.

BAYAR LKS LAGI - Kebijakan Pemerintah Kota (Pemkot) Samarinda yang menggratiskan pengadaan Lembar Kerja Siswa (LKS) kembali dipertanyakan. Seorang orang tua murid, Shanty (32), mengaku diminta membeli tujuh buku LKS senilai Rp140.000 di salah satu SD negeri di Jalan Merdeka, Kecamatan Sungai Pinang, meski pemerintah sebelumnya menegaskan LKS diberikan gratis, Jumat (26/9/2025).
Kebijakan Pemerintah Kota (Pemkot) Samarinda yang menggratiskan pengadaan Lembar Kerja Siswa (LKS) kembali dipertanyakan. Seorang orang tua murid, Shanty (32), mengaku diminta membeli tujuh buku LKS senilai Rp140.000 di salah satu SD negeri di Jalan Merdeka, Kecamatan Sungai Pinang, meski pemerintah sebelumnya menegaskan LKS diberikan gratis, Jumat (26/9/2025). (KOMPAS.com/Pandawa Borniat)

Shanty juga mengungkap adanya intimidasi saat pertemuan.

Ia menyebut dihadapkan dengan sekitar 10 guru yang meminta dirinya melapor langsung kepada Wali Kota Samarinda, Andi Harun.

"Saya dibentak dan diminta menghadirkan Pak Wali Kota kalau mau protes."

"Bahkan, sempat ada ancaman anak saya bisa dikeluarkan karena saya dianggap orang tua yang tidak bisa diatur," katanya.

Meski telah melapor ke Dinas Pendidikan Samarinda, Shanty mengaku khawatir mental anaknya terganggu akibat potensi perundungan atau perlakuan diskriminatif di sekolah.

Baca juga: Kritik Keterlibatan TNI dalam Program MBG, DPRD Kini Minta Maaf: Tidak Paham Undang-undang

Sebelumnya, Kepala Disdikbud Samarinda, Asli Nuryadin, menegaskan bahwa mulai Juli, sekolah tidak diperbolehkan lagi mewajibkan siswa membeli buku.

Termasuk LKS yang kini berganti nama menjadi Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD).

Untuk mengatasi hal ini, Pemkot Samarinda akan mencetak dan mendistribusikan LKPD kepada siswa berdasarkan data yang tercatat di Disdikbud.

"Mulai Juli nanti, Pemkot sudah mengantisipasi pencetakan buku melalui Disdikbud" ujar Asli.

Asli menegaskan, dengan adanya buku wajib dari BOSNAS dan LKPD gratis dari Pemkot, tidak boleh lagi ada transaksi jual beli buku di sekolah.

"Jadi sekarang, buku wajib dan LKPD itu enggak ada lagi cerita transaksi di sekolah," pungkasnya.

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved